Peringatan dari Ekonom Apollo: Valuasi S&P 500 Sudah pada Level Ekstrem Secara Historis

Saham lagi tidak stabil saat ini. Indeks S&P 500 turun lebih dari satu persen di penutupan kemarin, Dow Jones hampir sama, dan Nasdaq turun hampir 2%. Sebaliknya, indeks volatilitas VIX naik lebih dari 9%—ini menunjukkan gejolak belum selesai.

Bahkan, kepala ekonom Apollo, Torsten Sløk, menulis minggu ini bahwa S&P berada pada "valuasi yang sangat tinggi secara sejarah." Dia membandingkan "Indikator Warren Buffett" dengan rasio harga terhadap laba.

Hasilnya, kedua indikator itu sudah bergerak ke level yang ekstrem. Namun, tahun 2025 ini terlihat paling tinggi dan menyimpang.

Data terbaru ini memperkuat kekhawatiran banyak analis bahwa pasar mungkin akan terkoreksi. CEO Morgan Stanley dan Goldman Sachs mengatakan minggu ini mereka memperkirakan akan ada penjualan besar-besaran, dengan pasar bisa turun sampai 20% dalam dua tahun ke depan.

Tapi, CIO UBS, Mark Haefele, berargumen bahwa valuasi tinggi tidak selalu berarti koreksi akan segera terjadi. Dia bilang valuasi memang di atas rata-rata, tapi pasar tidak mungkin koreksi hanya karena itu.

Menurut dia, penurunan akan terjadi ketika pertumbuhan laba perusahaan mengecewakan. Hasil untuk 12 bulan ke depan lebih tergantung pada perubahan ekspektasi laba.

Dia menambahkan, hasil musim laba saat ini cukup solid. Dia memperkirakan laba per saham S&P 500 tumbuh 10% tahun ini. Dia juga bilang valuasi saat ini wajar karena ada lebih banyak sektor teknologi di indeks saham.

Kita juga harus sebutkan penyebab valuasi tinggi: AI. Pengeluaran modal untuk teknologi AI tidak hanya mendongkrak valuasi di pasar, tapi juga jadi pendorong besar untuk ekonomi AS. Banyak uang yang dimasukkan ke AI, sehingga muncul pertanyaan apakah ini seperti gelembung yang akan meletus.

MEMBACA  Anggaran Pemerintah Iran Ungkap Jalan Terjal di Depan Saat Mata Uang Anjlok ke Level Terendah

Lisa Shalett dari Morgan Stanley bilang, dengan valuasi yang agresif, investor harus bertanya dari mana keuntungan di tahun 2026 akan datang. Posisi portofolio tergantung pada apakah booming pengeluaran AI akan sesuia dengan yang direncanakan. Pandangan mereka masih 50/50 karena penerapan AI mungkin butuh waktu lebih lama.

Tentu saja, valuasi juga masalah waktu: Kapan pasar akan melihat perusahaan-perusahaan akhirnya memberikan hasil sesuai dengan valuasinya?

Ini argumen dari Mary Callahan Erdoes, CEO divisi aset dan manajemen kekayaan JPMorgan. Dia bilang, meski beberapa saham terlalu terkonsentrasi, AI belum diterapkan sebanyak nantinya. Kurang dari 10% perusahaan yang sudah memasukkan AI ke dalam produk dan layanan mereka. Masih ada banyak peluang.

Itu sebabnya kelipatan labanya (multiples) seperti sekarang. Pertanyaannya adalah, seberapa cepat kita akan tumbuh untuk sesuai dengan kelipatan itu? Kelipatan itu tidak salah, pada akhirnya akan benar, meski mungkin tidak untuk setiap perusahaan.

Ini ringkasan pasar sebelum pembukaan bell di New York pagi ini:

  • Futures S&P 500 naik 0.17% pagi ini. Sesinya terakhir tutup turun 1.12%.
  • STOXX Europe 600 datar di perdagangan awal.
  • FTSE 100 Inggris turun 0.48% di perdagangan awal.
  • Nikkei 225 Jepang turun 1.19%.
  • CSI 300 China naik 0.31%.
  • KOSPI Korea Selatan turun 1.81%.
  • NIFTY 50 India turun 0.1%.
  • Bitcoin turun ke $100.9K.