Sumbangan Devisa Capai Rp216 Triliun

Kamis, 6 November 2025 – 03:06 WIB

Jakarta, VIVA – Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin), Saleh Husin, mengungkapkan bahwa pendapatan devisa dari ekspor tembakau dan produk-produknya secara keseluruhan telah naik signifikan hingga 94 persen.

“Produksi rokok emang terus meningkat, kira-kira sampai 515 miliar batang. Tapi dari jumlah itu, 55 persen untuk pasar dalam negeri dan 45 persen untuk ekspor,” jelas Saleh dalam keterangan resminya, seperti dikutip Rabu (5 November 2025).

Dia menyebutkan pendapatan devisa dari Industri Hasil Tembakau (IHT) melonjak drastis dari sekitar USD 600 juta di tahun 2020 menjadi USD 1,8 miliar pada 2024. Tidak hanya itu, sektor IHT juga memberikan kontribusi besar lewat Cukai Hasil Tembakau (CHT) yang terus naik, dari Rp 213 triliun di 2013 menjadi sekitar Rp 216 triliun di 2024.

Meski begitu, Saleh menilai masih ada tantangan besar yang harus dihadapi industri ini, terutama terkait peredaran rokok ilegal. Dia menyoroti besarnya aktivitas ekonomi bawah tanah (underground economy) di Indonesia.

“Underground economy kita termasuk yang paling besar di dunia, kira-kira sekitar 23,8 persen dari PDB kita,” jelasnya.

Menurut Saleh, peredaran rokok ilegal menyebabkan negara kehilangan potensi penerimaan cukai yang sangat besar. Merujuk pada riset Universitas Paramadina, potensi cukai yang hilang karena rokok ilegal bisa mencapai 10 persen dari total penerimaan, atau sekitar Rp 23 – Rp 25 triliun per tahunnya.

Menariknya, data penindakan justru menunjukkan tren yang berbeda. Walaupun peredaran rokok ilegal turun sekitar 11 persen, jumlah batang rokok yang berhasil ditindak justru naik 37 persen, mencapai 800 juta batang hingga September 2025. Peredaran ilegal ini didominasi oleh rokok kretek mesin yang tidak bayar cukai.

MEMBACA  Aismoli mencari kejelasan pemerintah tentang insentif sepeda motor listrik 2025

“Salah satu syarat utama yang bisa kami sampaikan adalah bagaimana meningkatkan pengawasan terhadap peredaran rokok ilegal. Selain itu, betul bahwa investasi harus didekatkan,” tegas Saleh.

Dari sisi pemerintah, Plt. Dirjen Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, menjelaskan bahwa Indonesia saat ini merupakan negara pengekspor produk tembakau terbesar keempat di dunia. Dia menilai potensi pasar masih sangat besar, sehingga perlu didorong dengan meningkatkan investasi di sektor ini.

“Bayangkan, peningkatannya itu luar biasa. Jadi pasar untuk industri ini masih cukup besar, walaupun peningkatannya sudah segitu,” kata Juli.