Jakarta (ANTARA) – Presiden Prabowo Subianto telah menerima 49 calon untuk gelar pahlawan nasional dari ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Kehormatan (GTK), Fadli Zon. Daftar tersebut termasuk Presiden kedua Indonesia, Soeharto, dan presiden keempat, Abdurrahman “Gus Dur” Wahid.
Fadli menyebutkan bahwa 24 dari 49 nama itu masuk dalam daftar prioritas.
“Proses pencalonan dimulai dari akar rumput—dari masyarakat dan pemerintah daerah—lalu ditinjau oleh peneliti, akademisi, dan tokoh masyarakat di tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional,” ujarnya usai bertemu Prabowo di Istana Presiden pada hari Rabu.
Daftar final telah diserahkan oleh Tim Peneliti dan Penilai Pusat untuk Gelar Pusat (TP2GP) kepada Dewan GTK untuk evaluasi lebih lanjut.
Fadli, yang juga menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, mengatakan sembilan dari para calon telah diusulkan pada tahun-tahun sebelumnya, sementara 40 nama merupakan usulan baru tahun ini.
“Semua calon memenuhi persyaratan. Kontribusi, latar belakang, dan riwayat hidup mereka telah dipelajari secara mendalam dan diverifikasi melalui berbagai penilaian akademik dan ilmiah,” jelasnya.
Fadli menambahkan bahwa dewan akan terus mengkaji daftar tersebut dengan mempertimbangkan keterwakilan daerah, keseimbangan gender, dan pertimbangan lainnya.
Soal pencantuman nama Soeharto, Fadli mengatakan pencalonannya berasal dari usulan masyarakat. Ketika ditanya tentang protes publik terhadap pencalonan Soeharto, ia menyebut kritik tersebut sebagai bagian dari proses demokrasi.
“Kami melihat itu sebagai masukan. Tapi semua 49 nama diusulkan karena kontribusi besarnya bagi bangsa. Jika tidak memenuhi kriteria, tentu tidak akan dinominasikan,” tegasnya.
Fadli menyebut kepemimpinan Soeharto dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 saat agresi Belanda dan kampanye pembebasan Irian Barat sebagai contoh jasanya bagi Indonesia.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ansory Siregar mengajak semua pihak untuk tetap objektif mengenai pencalonan pahlawan nasional oleh Kementerian Sosial, termasuk mantan Presiden Soeharto.
Ansory menyatakan setiap calon memiliki rekam jejak perjuangan dan kontribusi nyata yang telah terbukti bagi bangsa.