Zach Yadegari yang berusia 18 tahun tidak pernah mau kuliah dari dulu.
Soalnya, buat apa dia kuliah? Aplikasi Cal AI yang dia buat bersama temannya sudah menjadi perusahaan besar senilai $30 juta bahkan sebelum dia mendaftar kuliah. Jadi, bisa dibilang keadaannya sudah baik-baik saja.
"Setelah Cal AI sukses, itu membuktikan. Saya pikir, ‘Oke, jelas kamu tidak perlu kuliah untuk jadi sukses.’ Orang tua saya akhirnya mengerti," kata Yadegari ke Fortune.
Dia adalah anak yang pintar coding dan sudah jadi pengusaha sejak lama. Dia belajar coding sendiri waktu umur 7 tahun. Saat umur 10 tahun, dia sudah mengajar coding ke orang lain dan dibayar $30 per jam. Waktu SMA, dia bikin website game bernama "Totally Science" yang memungkinkan teman-temannya main game online tanpa blokir dan tanpa perlu download atau daftar. Usaha itu memberinya penghasilan ratusan ribu dollar untuk pertama kalinya.
Akhirnya, Yadegari berubah pikiran dan memutuskan untuk mendaftar kuliah. Tapi meskipun punya pengalaman usaha yang banyak, IPK 4.0, dan nilai ACT 34, dia ditolak oleh banyak universitas Ivy League, termasuk Stanford, yang katanya terkenal untuk start-up.
18 tahun
34 ACT
4.0 GPA
Bisnis $30 juta/tahun
Stanford ❌
MIT ❌
Harvard ❌
Yale ❌
… dan banyak yang lain ❌
Georgia Tech ✅
UT ✅
UMiami ✅
Yadegari bilang cuma Georgia Tech, University of Miami, dan University of Texas yang menerimanya. Dia memilih University of Miami, bukan karena prestisenya, tapi karena suasananya.
"Kalau saya tidak memilih sekolah terbaik secara akademis, saya akan pilih sekolah terbaik secara sosial," ujar Yadegari.
"Dua minggu di kampus, saya sangat senang," katanya ke Fortune akhir Agustus lalu.
Mungkin karena dia anggap kuliah seperti "liburan yang mahal". Dia sering mengadakan pesta dan tinggal di rumah dengan teman-temannya yang juga membangun aplikasi, usianya antara 18-26 tahun. Menurutnya, mereka adalah pengusaha sukses seperti dirinya.
Sekarang Yadegari belum memilih jurusan. Dia keluar dari sekolah bisnis dan sekarang ambil kelas filsafat. Dia masih ikut satu kelas kewirausahaan, tapi merasa "tidak dapat banyak dari pelajarannya" karena dia sudah punya pengalaman.
Walaupun dia menikmati pesta dan punya uang, dia percaya teman-teman seumurannya (Gen Z) tidak perlu kuliah untuk meraih sukses.
"Buat kebanyakan orang, kuliah tidak worth it, pasti. Bahkan untuk saya, saya bersenang-senang, jadi worth it buat saya. Tapi kalau sudah tidak worth it, saya akan berhenti," katanya.
"Tapi saya rasa, saya masih punya banyak waktu seumur hidup untuk cari uang. Beberapa ratus ribu dollar yang saya habiskan sekarang, itu worth it untuk dapat kenangan… daripada cuma menabungnya, membelanjakan, atau investasi," tambahnya.
Awal Mula Cal AI
Waktu umur 16 tahun, Yadegari mulai membangun aplikasi yang dia sebut "proyek kecil". Salah satunya sekarang sudah tidak kecil lagi, karena Cal AI telah menjadi perusahaan senilai $30 juta. Aplikasi ini memungkinkan pengguna melacak kalori dengan memoto makanan mereka.
Yadegari bilang bisnisnya terinspirasi dari keinginannya untuk menambah berat badan waktu masih remaja.
"Saya sangat kurus seumur hidup, dan saya ingin jadi lebih besar dan berat," cerita Yadegari ke Fortune. Ketika dia sadar bahwa perkembangannya banyak datang dari diet, dia mulai lebih sering melacak kalori dan makan lebih banyak.
Tapi ada yang kurang dalam perjalanan fitnesnya: aplikasi yang mudah digunakan untuk lacak kalori. Dia rasa aplikasi yang populer waktu itu "pengalaman yang buruk". Karena tidak bisa lacak dengan baik, dia tidak bisa makan di kafetaria dengan teman-temannya: dia makan makanan yang sudah ditakar pakai timbangan, dan sering tidak makan di restoran karena tidak tahu jumlah kalorinya.
Setelah memikirkan solusi lewat smartphone, dia menyampaikan idenya ke partner yang bisa dipercaya, termasuk satu teman dari camp coding dan dua orang yang dia temui di X.com. Bersama Henry Langmack, Blake Anderson, dan Jake Castillo, mereka meluncurkan Cal AI pada Mei 2024.
Menurut Yadegari, aplikasinya memiliki akurasi 90% untuk pelacakan kalori. Aplikasinya gratis diunduh di Apple App Store dan Google Play, dengan langganan seharga $2,49 per bulan atau $29,99 per tahun.
Kesuksesan finansial Yadegari sudah diliput oleh CNBC, CBS, dan TechCrunch—dan dia tidak perlu kuliah di Ivy League untuk mencapainya.