Pemetaan PGAMBGT terhadap desa-desa yang rentan terhadap letusan Gunung Lewotobi

Kupang, Nusa Tenggara Timur (ANTARA) – Pusat Gerakan Tanah dan Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Bencana (PGAMBGT) Nusa Tenggara telah memetakan beberapa desa yang terletak di Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Lewotobi yang aktif.

“KRB I terdiri dari lima desa dan tujuh dusun, sedangkan KRB II terdiri dari dua desa dan dua dusun,” kata Kepala PGAMBGT, Zakarias Ghele Raja, di Kecamatan Wulanggitang, Flores Timur, pada hari Jumat.

Gunung Lewotobi terletak di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.

Desa-desa di wilayah KRB I menghadapi risiko terkena aliran lahar vulkanik, hujan abu, dan benda-benda terbakar.

Desa-desa di wilayah KRB I, yang terletak tujuh kilometer dari puncak gunung, terdiri dari dusun Boru, Watupodor, Hokeng, Wolorona, Padang Pasir, Riangbari, Buranilang, Lewobawang, Nurabelen, dan Kumaebang, serta desa Hokeng Jaya dan Dulipali.

Sementara itu, KRB II mencakup desa Bawalatang, Goloriang, Klatanlo, dan Nawokote yang terletak lima kilometer dari kawah gunung.

Desa-desa dan dusun-dusun di KRB II berisiko terkena awan panas, aliran lava, dan longsoran, serta batu-batu terbakar dan hujan abu yang berat.

Raja mencatat bahwa gunung Lewotobi tercatat aktif sejak hari Jumat, terutama Gunung Lewotobi Laki-Laki.

Dia mendesak masyarakat dan pengunjung untuk membatasi aktivitas mereka di dekat gunung, untuk tidak menginap di dekat area kawah aktif, dan untuk tidak mendekati lubang-lubang yang mengeluarkan gas di sekitar kawah gunung guna menghindari bahaya gas beracun.

Dia juga menyarankan agar masyarakat tidak mempercayai informasi yang tidak dapat dipercaya terkait aktivitas erupsi Gunung Lewotobi.

“Masyarakat harus tetap tenang namun tetap waspada sambil mengikuti instruksi pemerintah setempat,” tegasnya.

Berita terkait: Aliran lahar dingin pasca-erupsi Gunung Semeru mengguncangkan Lumajang
Berita terkait: Riau kehilangan tiga pendaki dalam erupsi Gunung Marapi: Pejabat

MEMBACA  Rachel Reeves memperingatkan tantangan yang dihadapi Partai Buruh jika partai tersebut memenangkan pemilu.