Minggu, 5 Oktober 2025 – 22:10 WIB
Jakarta, VIVA – Seiring dengan perubahan budaya kerja global, banyak anak muda sekarang mulai mempertanyakan konsep pekerjaan ideal yang selama ini jadi standar. Mereka tidak cuma mengejar posisi tinggi atau gaji besar aja, tapi lebih mengutamakan fleksibilitas, kenyamanan, dan keseimbangan antara kerja dan hidup.
Baca Juga :
Waduh! Gen Z Disebut ‘Tak Layak Kerja’, Minimnya Skill Ini Jadi Sorotan
Fenomena ini makin keliatan dengan populernya tren Lazy Girl Job di media sosial seperti TikTok dan Instagram.
Tren ini muncul sebagai respons terhadap konsep Girl Boss yang menekankan kesuksesan lewat kerja keras banget dan pengorbanan. Gabrielle Judge, kreator konten yang pertama kali sebut istilah ini, menjelaskan lewat video-videonya tentang pentingnya jam kerja yang lebih pendek, hidup seimbang, kerja dari rumah dengan nyaman, dan dapet penghasilan yang cukup tanpa harus berusaha keras naik jabatan di perusahaan.
Baca Juga :
Pebisnis Siap-Siap! Inovasi Jadi Senjata Utama Hadapi 2026
Apa Itu “Lazy Girl Job”?
Baca Juga :
Dibuka Menghijau, IHSG Pede Lanjut Menguat Ikuti Tren Bursa Regional
Menurut Better Team, istilah “lazy girl job” memang kedengeran negatif, tapi sebenernya ini bersifat sindiran. Pekerjaan ini memungkinkan perempuan (dan siapa saja) untuk atur jam kerja sesuai kebutuhan pribadi tanpa tekanan berlebihan dari kantor.
Biasanya, pekerjaan ini adalah jenis white-collar, nggak teknis, dan bisa dikerjakan dari jarak jauh (remote) atau hybrid. Contohnya kerja di data entry, administrasi, nulis, komunikasi virtual, marketing, copywriting, customer support, sales, logistik, asisten virtual, dan ngajar online.
Tapi, nggak semua pekerjaan bisa termasuk dalam kategori ini. Misalnya, dokter yang lagi masa residensi atau koki profesional, yang tetap butuh lingkungan kerja intens dan fisik. Intinya, “lazy girl jobs” adalah pekerjaan yang nggak terlalu melelahkan secara fisik atau mental, nggak butuh skill khusus, dan lebih menekankan kenyamanan serta keseimbangan hidup daripada perkembangan karir yang ekstrem.
Hubungan dengan Tren Girl Boss dan Hustle Culture
Berbeda sama tren Girl Boss yang menekankan pengorbanan diri buat kesuksesan karir, lazy girl jobs nolak budaya kerja berlebihan atau hustle culture. Banyak karyawan muda yang merasa tertekan karena ekspektasi untuk lembur, kerja di akhir pekan, dan mengorbankan kehidupan pribadi demi pekerjaan.
Tren ini menekankan bahwa kesehatan mental dan fisik harus jadi prioritas.
Halaman Selanjutnya
Namun, penting buat diingat bahwa pilihan pekerjaan tetap tergantung sama tujuan dan gaya hidup masing-masing orang. Ada juga pekerja yang memilih lingkungan kerja yang menuntut demi pencapaian karirnya, dan itu bukanlah hal yang buruk.