Pekerja Perempuan Gen Z Ungkap Ciri Terbaik Seorang Bos: Mereka adalah ‘Ayah dari Anak Perempuan’

Anak perempuan Gen Z di kantor lagi nemuin kesamaan: katanya, bos yang punya anak perempuan itu bos yang paling bagus.

Generasi yang selalu online sering curhat di media sosial tentang pekerjaan mereka yang “toxic”, bahkan sampe ada yang tega nyuri-nyuri email ke lawyer palsu dan pura-pura nurut aja pas diperlakukan gak adil—daripada harus berurusan langsung sama HR.

Banyak banget cerita hati-hati di TikTok yang bikin mereka sadar, bos terbaik yang pernah mereka punya adalah laki-laki yang punya anak perempuan. Mereka bahkan bikin video seneng-seneng pas tau bos barunya adalah “girl dad”.

“POV: cewek kantoran pas tau manajer barunya punya anak perempuan,” tulis salah satu user, @MissBlazer, di TikTok. Videonya nunjukkin dia seneng banget muter-muter di kursi.

“Bos/rekan kerja terbaik adalah mereka yang punya anak perempuan,” itu salah satu komentar terbanyak—dan hampir semua balasan setuju.

User lain, @sweeet_carolline, bahkan kritik pemimpin perempuan: “Gak ada yang lebih benci kamu daripada perempuan tua di kantor Amerika yang cemburu sama kamu.”

Teorinya? Bos laki-laki yang punya anak perempuan cenderung liat dunia lewat mata anaknya, yang bikin gaya kepemimpinannya lebih pengertian ke perempuan—atau apa yang @selenarezvani sebut “pelatihan sensitivitas bawaan.”

“Ada ilmu yang dukung ini,” katanya, sambil jelasin data yang nemuin bahwa bos laki dengan anak perempuan secara statistik lebih banyak hire dan naikin gaji perempuan—dan kesenjangan gaji gender lebih kecil di perusahaan yang dipimpin “girl dad.”

Efek ‘punya anak perempuan’ di kantor

Perempuan Gen Z yang rame di media sosial dan punya firasat bos mereka lebih pengertian karena punya anak perempuan mungkin aja benar.

Sebuah studi sebelumnya, “Dibentuk oleh Anak Perempuan Mereka: Eksekutif, Sosialisasi Perempuan, dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan,” mengukur keputusan yang dibuat oleh sekitar 400 CEO (termasuk 3,7% perempuan) yang punya total hampir 1.000 anak.

MEMBACA  Ukraina Membutuhkan 500.000 Rekrutan Militer. Dapatkah Mereka Mencukupi?

Dan nemuin bahwa CEO dengan anak perempuan biasanya menghabiskan hampir $60 juta dolar extra per tahun untuk tanggung jawab sosial perusahaan—yang termasuk faktor kayak childcare dan waktu fleksibel, gak mau PHK karyawan, dan cenderung bagi-bagi profit ke karyawan. Itu juga pertimbangin gimana kelompok minoritas, termasuk perempuan dan staff disabilitas diperlakukan.

“Kami nemuin bahwa, secara keseluruhan, kelompok-kelompok ini cenderung lebih bagus performanya di perusahaan yang dipimpin CEO yang punya anak perempuan,” simpul para peneliti, sambil catet bahwa punya anak perempuan bikin CEO laki-laki hampir sepertiga lebih mungkin ngadopsi praktek CSR yang mirip kayak CEO perempuan, yang biasanya lebih condong prioritaskan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

“Secara keseluruhan, CEO dengan anak perempuan cenderung nunjukin keterikatan yang lebih kuat ke masyarakat luas, dan perhatian untuk kesejahteraan stakeholder—bahkan mereka yang bukan pemegang saham,” lanjut mereka.

Columbia Business School juga pernah pelajari “daughter effect,” dan nemuin bahwa pas CEO laki-laki punya anak perempuan, gaji relatif untuk perempuan di firma mereka naik, mempersempit kesenjangan upah gender yang terus ada hampir 3% di antara anak perempuan yang anak pertama. Kelahiran anak laki-laki, sebagai perbandingan, gak ada efeknya ke kesenjangan upah.

Fortune Global Forum balik lagi tanggal 26–27 Oktober 2025 di Riyadh. CEO dan pemimpin global akan kumpul untuk acara dinamis yang hanya dengan undangan, yang bentuk masa depan bisnis. Ajuin untuk undangan.