Sekarang, tren kerja dari rumah sudah berkurang dan banyak perusahaan minta karyawan untuk balik ke kantor. Jadi, kerja di daerah atau negara bagian baru tidak cuma pakai Zoom lagi. Karena itu, perusahaan-perusahaan lebih banyak investasi untuk relokasi karyawan, seperti yang ditunjukan survei Atlas terbaru. Tapi apakah investasi ini cukup untuk tetap dapat karyawan baru?
Mendapatkan atau menjaga kerja kantoran mungkin sekarang tergantung pada kemauan karyawan untuk pindah. Generasi Z lebih terbuka untuk pindah, tapi penelitian kami temukan bahwa pekerja di atas 50 tahun punya kesulitan karena tahap hidup mereka. Karena banyak pekerja yang semakin tua dan perusahaan butuh talenta yang bagus, HRD sangat perlu mengerti kesulitan ini.
Dalam buku baru kami, "American Idle", kami wawancara lebih dari 60 orang di Minnesota yang kehilangan kerja di umur tua. Kami wawancara mereka lima tahun setelah Resesi Hebat dan lagi sepuluh tahun kemudian. Kami terkejut karena hampir tiga perempat dari mereka tidak mau cari kerja di luar negara bagian. Komentar mereka menunjukkan tiga halangan umum untuk relokasi.
Ikatan Keluarga
Pertama, ada ikatan keluarga yang sangat penting; ini alasan nomor satu tawaran relokasi ditolak. Kami temukan pekerja tua tidak bisa pindah karena punya komitmen ke anak dewasa dan cucu, juga ke saudara dan orang tua yang sudah tua.
Ada juga masalah pasangan yang sudah punya karir sendiri dan tidak mau pindah, apalagi kalau mereka sekarang jadi pencari nafkah tunggal. Kadang, mereka cuma punya preferensi sendiri tentang tempat tinggal. Halangan-halangan ini tidak bisa dinego.
Pasar Perumahan yang Sulit
Kedua, Atlas melaporkan bahwa banyak tawaran relokasi ditolak karena suku bunga KPR tinggi dan pasar perumahan ketat. Kondisi ekonomi juga penting untuk orang yang kami wawancara yang kehilangan kerja saat Resesi Besar 2008. Harga rumah yang jatuh saat itu membuat nilai investasi mereka turun, padahal keuangan mereka sudah susah.
Lagipula, setelah tinggal puluhan tahun di tempat yang sama, mereka sudah terikat secara emosional dengan rumah dan komunitas mereka. Koneksi seperti ini diketahui meningkatkan kesejahteraan, suatu hal yang penting untuk dipikirkan sebelum pindah.
Janji yang Hilang untuk Generasi Boomer
Faktor ketiga yang sering dilupakan adalah tentang generasi. Orang yang kami wawancara adalah baby boomer yang mulai kerja di zaman dimana kerja dijamin untuk karyawan kantoran yang setia. Kehilangan kerja di umur tua membuat mereka sadar bahwa pindah tidak menjamin mereka tidak akan di-PHK, seperti yang sering terjadi sekarang. Umur dan pengalaman memberi mereka kebijaksanaan untuk mengerti pengorbanan pribadi dan finansial dari pindah di tahap karir ini. Dengan sedikit tahun untuk balikin modal, pindah adalah resiko yang terlalu besar.
Tapi, ada harapan. Atlas menemukan bahwa semakin banyak perusahaan yang menawarkan insentif relokasi nonstandar, seperti bantuan KPR, jaminan pembelian rumah, dan penggantian bila harga jual lebih rendah dari nilai rumah. Selain dukungan finansial, beberapa perusahaan juga memberikan jaminan kerja untuk jangka waktu tertentu. Insentif-incentif ini sangat membantu pekerja yang lebih tua, tapi masih bisa ditingkatkan. Misalnya, program bantuan karir untuk pasangan yang ikut pindah pasti akan sangat diterima. Selain itu, perusahaan bisa promosi fasilitas komunitas, aktivitas sosial, dan layanan dukungan yang menarik dan penting untuk pekerja tua dan keluarganya.
Bila perusahaan mengabaikan kendala relokasi berdasarkan generasi, mereka bisa kehilangan grup yang membawa pengalaman dan keahlian, serta etos kerja dan rasa tugas yang kuat yang dicari perusahaan dari zaman dulu. Lagipula, pekerja tua menambah tenaga kerja multi-generasi, yang keuntungannya semakin jelas dan dicari oleh pemimpin perusahaan. Karena kurangnya pekerja dan tantangan tenaga kerja lainnya, manager perekrut harus bertaruh dan mendukung pekerja yang lebih tua.