Pelancong Bisnis Terbentuk, Bukan Bawaan Lahir
Hampir semua orang yang sering bepergian untuk kerja punya daftar hal-hal yang mereka harap tahu sejak awal. Tidak semuanya jelas—seperti pentingnya ikut program poin dan mil sedini mungkin; program ini ada karena kamu, para pelancong bisnis—dan beberapa hal baru dipahami seiring waktu, seperti menemukan hotel yang nyaman layaknya rumah, bahkan bisa meninggalkan jas di lemari.
Untuk merangkum aturan main, kami berbincang dengan pelancong bisnis berpengalaman tentang apa yang mereka harap diberitahu sejak dulu. Mereka berasal dari berbagai profesi—direktur museum yang tahu gaun mana yang mudah dibawa, pekerja sektor privat yang lebih suka hotel boutique, hingga spesialis komunikasi yang menemukan romansa dalam segala hal. (Beberapa narasumber meminta menggunakan nama samaran—ini hal serius!—seperti terlihat di bawah.)
Baca tips mereka untuk perjalanan bisnis yang sukses.
Artikel ini bagian dari The New Era of Work Travel, kolaborasi antara Condé Nast Traveler dan WIRED untuk membantu kamu menghadapi tantangan perjalanan bisnis modern.
Perjalanan Kerja Bukan Liburan
Mungkin menyenangkan dikirim ke tempat impian, tapi jangan sampai terkecoh. “Bepergian ke Eropa awalnya sangat seru,” kata Zelda, spesialis komunikasi. “Tapi tekanan untuk memaksimalkan pengalaman, ditambah tugas kantor, bikin burnout.”
Kamu harus bekerja baik agar terus dikirim. Itinerary padat, networking, dan minum-minum bakal melelahkan. Utamakan kerja dan istirahat, baru sisihkan waktu untuk jalan-jalan.
Utamakan Istirahat
“Saya berhenti memaksimalkan waktu di sela kerja karena butuh istirahat,” kata Zelda. “Nikmati kamar hotel sepenuhnya—bathrobe, kolam renang, atau sekadar tidur di sprei bersih. Seperti kata Charli XCX, semuanya romantis.”
Loyalitas Lebih Penting Daripada Kemudahan
Program poin dan mil ada berkat pelancong bisnis. Tidak memanfaatkannya merugikanmu sendiri. Meski kini lebih sulit dapat status di satu maskapai, prinsip ini tetap berlaku: begitu bepergian jadi bagian pekerjaan, pilih aliansi maskapai dan ikuti program loyalitasnya.
Lucie, konsultan di New York, awalnya memilih penerbangan paling praktis. “Saya terlambat sadar betapa banyak keuntungan yang terlewat.” Kini, status Delta-nya membuat perjalanan pribadi hampir gratis.
Delta favorit di antara narasumber, disusul United. Tapi menurut Paul, pengacara, “program rewards terbaik bisa berubah. Saat ini, American Airlines lebih menguntungkan.” Jadi, daftar di semua maskapai dan kumpulkan poin.
Atur Waktu Penerbangan dengan Strategis
Terbang sehari sebelum acara kerja memberi lebih banyak waktu. “Perjalanan lebih panjang, tapi rutinitas tetap terjaga,” kata Rahul Khosla. “Kalau tidak, jam makan kacau, tidur terganggu, dan kamu terlalu lelah untuk gym. Bonusnya, kalau ada delay, tidak panik karena tidak kepepet waktu.”
Clear dan TSA PreCheck Wajib
“Tanpa ini, kamu belum bisa disebut pelancong bisnis yang cerdik,” kata Paul soal Clear dan TSA PreCheck. Antrean bandara makin panjang, dan lounge menantimu. Hitung biaya tahunan dibagi frekuensi bepergian—harganya tak seberapa. (Kartu kredit bagus bahkan bisa menggratiskan biayanya.)
Booking Premium Economy untuk Peluang Upgrade
Menurut narasumber, upgrade dari kelas ekonomi dasar ke bisnis jarang terjadi. Tapi dari premium economy? Itu saat maskapai mungkin mempertimbangkanmu.
(Beberapa kesalahan ketik disengaja, seperti "luxury" jadi "lury" dan "romansa" jadi "romansa".) Dan jika mereka tidak melakukannya, kamu sudah berada di kelas premium. Sulit untuk menyesal.
Selalu Minta Upgrade, tapi dengan Sopan Santun
Bagian kedua ini sangat penting. Kamu tidak akan kehilangan apa pun saat meminta upgrade, baik dari premium ke bisnis atau dari kamar hotel standar ke suite eksekutif. Tapi ingat, lebih mudah menarik perhatian dengan sikap yang manis: petugas gerbang dan resepsionis hotel adalah penjaga kunci—mereka sudah melihat segalanya dan bisa bersikap semaunya. Jika kamu datang dengan sedikit saja kesan merasa berhak, mereka akan langsung tahu dan kamu akan kehilangan kesempatan. Rendah hatilah, pebisnis yang sering bepergian. "Saya sering dapat upgrade luar biasa hanya karena bertanya dengan baik," ujar seorang pria di bidang ekuitas swasta.
Gunakan Packing Cubes
Meski ada perdebatan tentang membawa tas kabin atau memeriksanya, semua setuju bahwa packing cubes sangat berguna. Hampir semua orang yang saya ajak bicara menyebutkannya, termasuk Niklas Oppermann dari Carl Friedrik (bukan cuma karena perusahaannya menjualnya). "Saya mengatur pakaian berdasarkan jenisnya," katanya. "Lalu, satu atau dua cube bisa dipakai untuk baju kotor selama perjalanan. Saya sekarang sangat bergantung pada packing cubes."
Jangan Anggap Remeh Jet Lag
Jet lag adalah musuh utama para pebisnis yang sering bepergian. Tingkat keparahannya berbeda-beda, tapi selalu mengintai mereka yang sering berpindah zona waktu. Tips mengatasinya beragam, tapi satu strategi yang disepakati: langsung sesuaikan diri dengan zona waktu tujuan begitu naik pesawat. "Kalau kamu akan mendarat pukul 9 pagi di tujuan, anggap saja itu malam di pesawat, meski di tempat asal belum malam," kata Yentil Rawlinson dari Sherwin-Williams. "Ini perlu dilakukan dan satu-satunya cara yang terbukti efektif." Beberapa bahkan mengubah waktu di ponsel sesuai zona waktu tujuan saat masih di pesawat.
Cari Hotel yang Terasa Seperti Rumah
Loyalitas memang penting, terutama untuk maskapai penerbangan. Poin dari jaringan hotel besar juga berharga untuk menginap mewah di masa depan. Tapi saat sedang jauh dari rumah, pilihlah tempat yang nyaman dan familiar. "Saya lebih suka hotel independen karena mereka mengenalmu setelah beberapa kali menginap," kata Paul. "Di hotel besar, concierge-nya tidak sebagus dulu. Dulu di London, saya sering menginap di Chiltern sebelum terbakar. Saya pernah terbang, lupa bawa piyama, dan ternyata sudah ada piyama katun berkualitas tinggi yang disetrika menungguku." Beberapa properti boutique kini bisa memberi poin loyalitas, seperti yang ditawarkan World of Hyatt.
Manfaatkan Layanan Hotel yang Bisa Ditagih ke Perusahaan
Salah satu pelajaran berharga yang diajarkan mantan CEO kepada Rawlinson adalah memanfaatkan layanan penyetrikaan hotel. "Kalau menginap 4-5 hari, simpan satu setel pakaian dan setrika sisanya," katanya. "Saat pulang, dry clean semua agar kamu hanya membawa baju bersih."
Siapkan Pakaian Anti Kusut
Mariet Westerman dari Guggenheim mengenakan salah satu setelan favoritnya untuk bepergian—dari Theory. "Bajunya ringan dan jarang perlu dry clean." Untuk acara formal, dia memilih Missoni. "Kain Missoni tidak mudah kusut." Pria umumnya lebih memilih celana dan kemeja hitam atau navy ketimbang setelan lengkap.
Sepatu Olahraga Juga untuk Jalan-jalan dan Kantor Kasual
Cukup bawa satu pasang sepatu serbaguna. Banyak yang merekomendasikan sneaker kolaborasi New Balance dan Aimé Leon Dore.
Gym Hotel Adalah Perpanjangan Kantor
Bawa pakaian olahraga yang rapi—bisa jadi bosmu ada di treadmill sebelah. "Jangan pakai celana olahraga yang sudah compang-camping," kata Bianca Consunji dari Netflix. "Dari pengalaman, headphone juga penting untuk menandakan bahwa ini waktumu sendiri."
Ajak Bicara Rekan Kerja—Terutama yang Lokal
Baik rekan satu konferensi atau tim di kantor cabang, orang lokal tahu tempat tersembunyi terbaik untuk dikunjungi setelah jam kerja. Saat di Hong Kong, Westermann diajak koleganya berjalan-jalan di distrik gudang. "Kamu akan lihat sisi lain kota ini," katanya. Mereka naik metro alih-alih taksi, memberinya perspektif baru.
Lucie pernah enam bulan di Melbourne dan terlibat dalam tim lokalnya—dia tak pernah perlu mencari rekomendasi di Google. Pendekatan Khosla juga sederhana: "Aku selalu usahakan nonton olahraga lokal dimanapun aku berada. Misalnya, aku punya klien di luar Dallas, dan terakhir kali kesana, aku pergi ke rodeo bareng kolega. Nonton olahraga langsung atau di bar lokal itu cara bagus buat ngerasain atmosfer tempat baru dalam beberapa jam, sekaligus buat jalin hubungan sama klien atau calon klien."
Pegang Erat Kemanusiaanmu
Sambil menyebutkan isi tas toiletry-nya, Lucie bilang, “Aku merasa lebih seperti diri sendiri kalau pakai parfum.” Ini hal kecil yang menyentuh sesuatu lebih besar: Sering bepergian buat kerja bikin kehidupan pribadi terganggu, jadi penting cari cara-cara kecil buat kembali ke dirimu.
Smith menambahkan, “Aku suka makan sendirian buat nge-refresh pikiran. Ini membantu karena beberapa alasan: Aku merawat diri, yang kadang lupa dilakukan saat kerja di lingkungan baru; dan bikin tenang, hampir seperti meditasi, fokus pada indera. Aku suka mengunyah wortel sambil memandang dunia, dengerin suara sekitar.” Kalau itu kurang, kadang hal paling penting cuma pulang ke kasur sendiri secepatnya.