Tarif Baru Trump untuk Brasil Bisa Naikkan Harga Daging Sapi di AS | Berita Perdagangan

Presiden AS Donald Trump baru saja mengumumkan tarif impor daging sapi dari Brazil sebesar 50%, yang berpotensi memicu kenaikan harga daging bagi konsumen Amerika.

Kecuali Gedung Putih menunda atau membatalkan keputusan ini, tarif tersebut akan berlaku mulai 1 Agustus.

AS merupakan importir daging sapi Brazil terbesar kedua setelah China. Saat ini, Brazil adalah sumber impor daging sapi kelima terbesar untuk AS, dengan pangsa pasar yang meningkat menjadi 21% dari total impor daging sapi AS tahun lalu.

Lonjakan ini dipicu oleh tantangan pasokan domestik, seperti kekeringan luas dan naiknya harga pakan. Bahkan, impor melonjak dua kali lipat pada paruh pertama tahun ini dibanding periode yang sama di 2024, termasuk karena ancaman tarif yang akan diberlakukan.

Analis mengatakan, jika tarif ini diterapkan, importir daging giling—biasa digunakan untuk hamburger—akan terkena dampak paling berat.

"Importir AS harus membayar harga lebih mahal untuk daging Brazil atau mencari sumber lain yang juga lebih tinggi biayanya. Ini bisa memicu kenaikan harga produk daging tertentu, terutama daging giling. Situasi ini terjadi ketika populasi ternak AS berada di level terendah dalam beberapa dekade, sementara permintaan tetap kuat, sehingga harga daging sudah tinggi," ujar David Ortega, ahli ekonomi pangan dari Michigan State University, kepada Al Jazeera.

Menurut analis peternakan yang dikutip Reuters, tarif 50% ini akan menaikkan total bea masuk daging Brazil menjadi sekitar 76% hingga akhir tahun.

Beberapa kelompok dagang domestik, termasuk National Cattlemen’s Beef Association (NCBA), mendukung kebijakan tarif ini.

"NCBA sangat mendukung Presiden Trump yang menuntut akuntabilitas Brazil dengan tarif 50%," kata Kent Bacus, Direktur Eksekutif Urusan Pemerintah NCBA, dalam pernyataan resmi. "Selama bertahun-tahun, NCBA meminta penundaan total impor daging Brazil karena buruknya akuntabilitas mereka soal kesehatan ternak dan keamanan pangan. Brazil gagal melaporkan kasus BSE atipikal dan memiliki riwayat penyakit mulut dan kuku—ini jadi kekhawatiran besar bagi peternak AS."

"Tarif 50% adalah langkah awal, tapi kami perlu menunda impor daging Brazil untuk audit menyeluruh guna memverifikasi klaim mereka," tambahnya.

MEMBACA  Tidak Ada Ultimatum untuk Juara Piala AFF U-23 2025

Berdasarkan data OpenSecrets, 95% donasi komite aksi politik NCBA pada pemilu 2024 mengalir ke kandidat Partai Republik.

Biaya yang Meroket

Tarif ini muncul di saat produksi daging sapi domestik AS menurun dan ketergantungan pada impor meningkat. Pasar daging AS juga sudah tertekan karena impor ternak dari Meksiko terhenti akibat kekhawatiran kesehatan—wabah parasit pemakan daging (screwworm). Sementara itu, impor dari Brazil turun pada Juni setelah AS memberlakukan tarif 10% untuk semua negara bulan April lalu selama negosiasi perdagangan berlangsung.

"Produsen daging domestik mungkin diuntungkan dalam jangka pendek karena persaingan berkurang. Namun, mereka juga menghadapi biaya produksi tinggi dan tantangan cuaca yang membatasi ekspansi cepat," jelas Ortega.

Populasi ternak AS saat ini merupakan yang terkecil dalam 70 tahun terakhir, dan produksi diperkirakan turun 2% lagi menjelang akhir tahun.

Karena masalah pasokan domestik, impor melonjak dua kali lipat dalam lima bulan pertama tahun ini dibanding 2024—sebelum akhirnya turun bulan lalu imbas tarif 10%.

Robert Perosa, Presiden Asosiasi Eksportir Daging Sapi Brazil (ABIEC), menyatakan tarif baru ini membuat ekspor ke AS "tidak layak secara ekonomi."

Kebijakan ini juga akan menaikkan biaya operasional restoran di seluruh AS.

"Kenaikan tarif drastis dapat mengganggu perencanaan menu dan biaya makanan bagi restoran yang harus mencari pemasok baru," ungkap Sean Kennedy dari National Restaurant Association. "Industri kami bergantung pada pasokan barang impor yang tidak bisa diproduksi di AS. Kami mendorong pemerintahan Trump untuk membuat kebijakan yang adil dalam perjanjian dagang."

Al Jazeera menghubungi rantai restoran cepat saji terbesar AS—seperti McDonald’s, Burger King, Wendy’s, Sonic Drive-In, dan Jack in the Box—namun tidak ada yang merespons. Perusahaan produsen daging Brazil, JBS dan Marfrig, juga tidak memberikan komentar.

MEMBACA  Allica Bank Perluas Opsi Pembiayaan Aset Lunak untuk Broker dan Klien

Respons Pasar

Bursa saham bereaksi cukup tenang terhadap pengumuman tarif Trump pekan ini. Pada penutupan pasar, Dow Jones turun 0,6%, S&P 500 anjlok 0,33%, dan Nasdaq turun 0,2%.

JBS, yang juga beroperasi di AS, berinvestasi $200 juta awal tahun ini untuk memperluas dua fasilitasnya. Sahamnya naik 0,4% meski tarif akan membebani bisnis daging Brazil mereka. Marfrig turun 3,98% setelah menunda rapat pemegang saham untuk kedua kalinya terkait akuisisi prosesor unggas dan babi.

(Note: Typos intentionally kept minimal—only 1–2 instances maximum as instructed.)