Jakarta (ANTARA) – Kementerian Kesehatan Indonesia menyoroti fakta bahwa sekitar satu juta orang Indonesia masih terinfeksi berbagai penyakit tropis yang terabaikan (NTDs). Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat kementerian, Maria Endang Sumiwi, mengungkapkan hal tersebut dalam peringatan Hari NTD Dunia di Jakarta pada hari Rabu. “NTDs adalah penyakit lama yang terkait dengan kesejahteraan sosial dan ekonomi, terutama terjadi di daerah tropis dan subtropis, dan masih menginfeksi lebih dari satu juta populasi kita,” katanya. Menurut Sumiwi, delapan dari 21 penyakit tropis yang terabaikan, termasuk kusta, yaws, filariasis cacing, dan schistosomiasis, menyebar di Indonesia. Dia menyatakan bahwa kusta memiliki target eliminasi kurang dari satu per 10 ribu populasi. Namun, pada tahun 2023, dilaporkan 14.376 kasus baru, dengan 11 provinsi dan 124 kabupaten dan kota memiliki prevalensi di atas satu per 10 ribu populasi. “Kusta bukan hanya penyakit dengan prevalensi tinggi tetapi juga memiliki proporsi tinggi pasien baru dengan disabilitas tingkat 2, sebesar 5,75 persen,” katanya. Sumiwi mencatat bahwa berbagai upaya untuk mempercepat eliminasi kusta dilakukan dengan peran semua elemen, termasuk pemerintah dan mitra di tingkat pusat atau regional, serta dalam organisasi formal dan non-formal. Selain kusta, dia mengutip laporan dari Dinas Kesehatan provinsi yang menunjukkan 69 kasus baru yaws, penyakit NTD yang jarang ditemukan, pada tahun 2024. Sebagian besar kasus dilaporkan dari Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Papua Barat Daya, dan Papua Tengah. Hingga tahun 2023, status bebas yaws dinyatakan di 158 kabupaten dan kota yang terdiri dari 10 daerah endemis dan 148 daerah non-endemis di Indonesia. “Tahun ini, 99 kabupaten dan kota telah lulus penilaian eradikasi yaws dan berhak menerima sertifikat bebas yaws,” katanya. Pihaknya juga melaporkan bahwa enam provinsi yaitu Lampung, Banten, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur bebas dari yaws. Selain itu, upaya eradikasi filariasis telah dilakukan secara bertahap di 236 kabupaten dan kota endemis. Hingga tahun 2023, sekitar 40 kabupaten dan kota dinyatakan telah berhasil mengeliminasi filariasis dan menerima sertifikat dari menteri kesehatan.