Investor properti membeli lebih banyak rumah di AS karena harga naik dan bunga pinjaman yang tetap tinggi membuat banyak pembeli rumah lain tidak bisa beli.
Hampir 27% rumah yang terjual di tiga bulan pertama tahun ini dibeli investir—persentase tertinggi dalam lima tahun terakhir, menurut laporan dari BatchData.
Dari 2020 sampai 2023, rata-rata 18.5% rumah dibeli oleh investeor. Secara total, mereka membeli 265.000 rumah di Januari-Maret, naik 1.2% dari tahun lalu.
Kenaikan ini menunjukkan pasar perumahan melambat karena pembeli biasa kesulitan bayar, kata BatchData.
Sejak 2022, penjualan rumah di AS turun karena suku bunga KPR naik. Tahun lalu, penjualan rumah jatuh ke level terendah dalam 30 tahun.
Penjualan masih lambat tahun ini karena banyak orang tidak mampu beli rumah akibat bunga KPR tinggi dan harga rumah yang terus naik.
Dengan penjualan yang lambat, rumah lebih lama terjual. Ini meningkatkan persediaan rumah di pasar, menguntungkan investor yang bisa bayar tunai atau pakai dana sendiri.
“Pembeli biasa kesulitan, tapi investor dengan uang tunai tetap aktif beli rumah,” kata laporan itu.
BatchData menganalisis data penjualan rumah untuk tahu mana yang dibeli investor—bisa rumah liburan atau sewaan, bukan tempat tinggal utama.
Investor beli 1,2 juta rumah di 2024, naik dari rata-rata 1,1 juta per tahun sejak 2020. Tapi, rumah milik investor cuma 20% dari total 86 juta rumah di AS.
Investor kecil (pemilik 1-5 rumah) kuasai 85% properti investor, sedangkan pemilik 6-10 rumah hanya 5%. Investor besar (1.000+ rumah) cuma 2,2%.
Perusahaan besar seperti Invitation Homes dan American Homes 4 Rent lebih banyak jual daripada beli rumah di kuartal kedua, menurut Parci Labs.