Kasra Naji
Koresponden khusus, BBC Persia
Xinhua/Shutterstock
Ribuan orang berbondong-bondong meninggalkan Tehran seiring terus berlanjutnya serangan udara Israel.
Ketakutan dan stres terdengar jelas dalam suara kakakku di Tehran, meski koneksi WhatsApp yang terputus-putus—secara ajaib—masih sesekali berfungsi.
Dia ingin kejelasan dariku, mengetahui bahwa aku seorang jurnalis BBC di London.
"Apa yang akan terjadi? Apa yang harus kita lakukan?" tanyanya. Presiden AS Donald Trump mengatakan warga Tehran harus mengungsi. "Apakah dia serius?"
Sejak Kamis malam, Tehran terus-menerus dibombardir oleh pesawat Israel, yang seolah bebas melintasi langit ibu kota. Serangan itu dihadapi dengan tembakan anti-pesawat—yang kebanyakan tidak efektif.
Dari jendelanya di lantai atas gedung tinggi, kakakku bisa melihat jelas aksi tersebut, yang sama sekali tidak menenangkan sarafnya.
Militer Israel telah memerintahkan warga di distriknya—yang membentang beberapa kilometer ke segala arah—untuk mengungsi. Tapi dia memilih bertahan.
Dia bilang, sepengetahuannya, tidak ada target militer di dekat apartemennya.
Namun, dia khawatir dengan unit komersil terdekat—yang ia yakini dimiliki oleh Pasukan Revolusi—yang mungkin menjadi sasaran. Dia tidak tahu pasti apa yang dilakukan perusahaan itu.
Banyak orang tidak mengenal tetangga mereka atau apakah ada target militer di sekitarnya, karena sebagian besar aktivitas Pasukan Revolusi dilakukan secara rahasia dari lokasi tersembunyi.
EPA
Toko-toko di Grand Bazaar Tehran tutup pada Senin.
Listrik dan air masih tersedia di banyak bagian ibu kota, tapi persediaan makanan mulai menipis.
Banyak toko telah tutup, dan semakin banyak yang mengikuti. Bahkan toko roti pun tutup—sebagian karena kekurangan tepung, sebagian lagi mungkin karena pemiliknya telah kabur.
Kakakku menolak meninggalkan kota, tidak seperti ratusan ribu—bahkan mungkin jutaan—orang yang sudah pergi, terutama karena dia tidak punya tempat tujuan.
Meski jalanan padat dan bahan bakar langka, banyak warga telah mengungsi dalam beberapa hari terakhir.
Jalanan Tehran, yang dulu selalu macet, sekarang sepi secara mengerikan.
Mereka yang bertahan hampir tidak keluar rumah, takut serangan.
Laporan terbaru menunjukkan antrean panjang di SPBU mulai berkurang, dan jalan keluar dari ibu kota tidak lagi sesak.
Warga yang tinggal dekat fasilitas nuklir negara juga menghadapi ketakutan tambahan akan penyebaran kontaminasi radioaktif, karena lokasi tersebut menjadi sasaran serangan Israel belakangan ini.
Badan pengawas nuklir global sejauh ini menyatakan kadar radioaktivitas di luar dua lokasi yang diserang dan rusak pada Jumat tetap tidak berubah.
Orang-orang bertanya ke mana semua ini akan berujung, dan berapa lama akan berlangsung.
Kini, banyak yang bergantung pada saluran TV berbahasa Persia dari luar negeri untuk mendapatkan berita.
Layanan TV BBC Persia dan situsnya menjadi sumber utama. Lalu lintas web dari dalam Iran hampir berlipat ganda dalam semalam, meski internet sering kali sangat lambat.
Trump menyerukan Iran menyerah, tapi Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei baru saja menyatakan bahwa Iran tidak akan menyerah.
Sedikit warga Iran yang simpati pada rezim, tapi banyak yang takut kekacauan dan ketiadaan hukum bisa terjadi jika rezim sangat terguncang.