Liz Shuler Tahu Musim Panas Ini Akan Panjang
Liz Shuler sadar dia punya musim panas yang panjang di depanya. Selama seminggu terakhir, presiden AFL-CIO—yang punya lebih dari 15 juta anggota—melihat perjuangan buruh terorganisir melawan pemerintahan Trump semakin jadi sorotan.
David Huerta, presiden Serikat Pekerja Layanan Internasional California (SEIU), ditangkap pada 6 Juni saat demo menentang razia Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) di distrik garmen Los Angeles. Penahanannya membunyikan alarm bagi serikat buruh di seluruh negeri dan memperjelas bahwa buruh terorganisir akan berperan besar dalam konflik imigrasi Trump.
Demo lanjutan direncanakan akhir pekan ini, tapi beberapa bulan ke depan mungkin jadi momen kritis bagi serikat buruh—apakah mereka bisa melawan kebijakan presiden atau tidak.
Fortune berbincang dengan Shuler tentang penangkapan Huerta, rencana jangka panjang AFL-CIO, dan tantangan memimpin federasi serikat buruh terbesar di Amerika di era Trump.
"Kami siap untuk ini," katanya. "Gerakan buruh telah bertahan melalui naik turunnya politik."
Wawancara ini telah disunting.
Apa tanggapanmu soal penangkapan David Huerta?
Kami lega dia sudah dibebaskan dan kembali ke keluarganya. Tekanan besar muncul di lapangan. Gerakan buruh bersatu dengan cepat—hanya dalam 24 jam—melakukan protes di 30 kota di seluruh negeri.
Ini bukan cuma tentang satu orang, tapi ribuan pekerja yang ditarget ICE di tempat kerja. Dampaknya ke komunitas dan perasaan pekerja—yang berkontribusi ke ekonomi sambil hidup dalam ketakutan—sangat besar.
Kami gabungkan tuntutan "Bebaskan David" dengan penghentian razia ICE di tempat kerja, karena tindakan mereka tidak sesuai dengan klaim mereka. Kata mereka cari kriminal, bukan pekerja biasa.
Strategi apa yang AFL-CIO pakai sekarang?
Kami lakukan seperti biasa: protes damai melawan ketidakadilan. Ini sudah kami lakukan sejak awal. Kami berdiri bersama anggota serikat, 63 serikat di federasi, serta kelompok hak sipil dan mitra komunitas. Kami bersuara untuk semua pekerja saat ada ketidakadilan.
Ketika ICE masuk ke tempat kerja atau Garda Nasional dikerahkan, tujuannya menebar ketakutan agar orang tidak berorganisasi atau memperjuangkan hak. Gerakan buruh ada untuk beri suara dan rasa aman, melindungi martabat pekerja dari bahaya seperti di Los Angeles dan tempat lain.
Selain protes, strategi apa lagi yang digunakan?
Gerakan buruh punya banyak alat. Organisasi di tingkat komunitas, protes, aksi—itu sebagian alat kami. Tapi bukan satu-satunya.
Kami gunakan strategi hukum, lobi di Kongres. Dana pensiun juga bisa jadi alat tekanan. Kami satu-satunya institusi yang punya jaringan di setiap negara bagian dan kota di AS. Kami bisa edukasi dan latih pekerja dengan cepat.
Ini belum selesai setelah David dibebaskan. Ini baru awal.
Ada strategi khusus untuk anggota?
Kami sadar betapa kacaunya situasi saat ICE datang tiba-tiba. Jadi, kami edukasi pekerja tentang hak mereka. Ini hal sederhana tapi sering dilupakan—jika tahu hakmu, kamu lebih percaya diri dan tidak takut.
Kami sudah buat alat bantu yang disebar ke pemimpin serikat dan komunitas kecil. Ini memberdayakan orang agar siap jika terjadi sesuatu.
Bagaimana strategi menghadapi tantangan di pemerintahan Trump kedua?
100 hari pertama, mereka buat kami terus bertahan. Setiap hari ada serangan baru. Strategi jangka pendek kami adalah lawan di pengadilan dan mobilisasi di lapangan. Kami tunjukkan dampak nyata kebijakan mereka ke pekerja, karena banyak yang merasa pemerintah jauh.
Kami luncurkan Departemen Pekerja karena jika Elon Musk bisa bikin departemen, kami juga bisa.
Untuk jangka panjang, kami bangun kekuatan. Setiap bulan, aksi kami makin besar. Kami rencanakan aksi sepanjang musim panas dengan berbagai strategi. Kami khawatir dengan gagasan perlindungan konstitusional yang diabaikan.
Tergantung situasi di negara ini, gerakan buruh sangat lincah dan kami bisa merespons serta menggerakkan aksi kapan saja. Ini akan sesuai dengan kondisi di lapangan dan apa yang kami lihat dari pemerintahan sekarang.
Cerita ini awalnya muncul di Fortune.com.