Manusia hidup di dunia plankton. Organisme kecil ini tersebar di seluruh samudera, mencakup hampir tiga perempat planet ini, dan merupakan salah satu bentuk kehidupan paling melimpah di Bumi.
Tapi dunia yang semakin hangat membuat plankton kacau dan mengancam seluruh rantai makanan laut yang dibangun di atas mereka.
Satu tahun yang lalu, NASA meluncurkan satelit yang memberikan pandangan terperinci tentang keragaman dan distribusi fitoplankton. Wawasannya harus membantu ilmuwan memahami dinamika kehidupan yang berubah di lautan.
“Apakah kamu suka bernapas? Apakah kamu suka makan? Jika jawabanmu ya untuk salah satunya, maka kamu peduli tentang fitoplankton,” kata Jeremy Werdell, ilmuwan utama program satelit, bernama PACE, yang singkatan dari “Plankton, Aerosol, Awan, Ekosistem laut.”
Secara historis, penelitian dari kapal telah menangkap gambaran terbatas dalam waktu, hanya menawarkan sekilas tentang lautan yang selalu berubah. Kemunculan satelit memberikan gambaran yang lebih lengkap, namun tetap terbatas, seperti melihat melalui kacamata dengan filter hijau.
“Kamu tahu itu adalah kebun, kamu tahu itu cantik, kamu tahu itu tanaman, tetapi kamu tidak tahu tanaman mana,” jelas Ivona Cetinic, seorang oseanografer NASA. Satelit PACE efektif menghilangkan filter dan akhirnya mengungkap semua warna kebun, katanya. “Seperti melihat semua bunga di lautan.”
Bunga-bunga ini adalah fitoplankton, ganggang dan bakteri akuatik kecil yang fotosintesis untuk hidup langsung dari energi matahari. Mereka dimakan oleh zooplankton, hewan terkecil di lautan, yang pada gilirannya memberi makan ikan dan makhluk-makhluk yang lebih besar.