Profil Brian Yuliarto, Profesor dan Pemenang Habibie Prize yang Dikaitkan dengan Pengganti Mendikti Saintek Satryo

Prof. Brian Yuliarto adalah seorang akademisi dan peneliti di bidang material fungsional maju. Dia meraih gelar sarjana dari ITB pada tahun 1999 sebelum melanjutkan pendidikan magister dan doktoral di University of Tokyo, Jepang.

Memiliki latar belakang pendidikan yang kuat, dia telah menghasilkan berbagai penelitian inovatif, terutama dalam pengembangan nanomaterial dan biosensor. Sebagai seorang peneliti, Prof. Brian memiliki rekam jejak yang mengesankan dengan h-index 38 di Google Scholar dan 34 di Scopus.

Karyanya mencakup berbagai proyek penelitian seperti biosensor plasmonik untuk deteksi penyakit menular, pengembangan sensor gas berbasis metal oksida, serta inovasi dalam teknologi fotokatalis. Dia juga aktif dalam pengembangan teknologi sensor untuk pemantauan lingkungan dan kesehatan, yang menjadikannya salah satu tokoh penting dalam dunia riset Indonesia.

Pada tahun 2024, Brian Yuliarto juga dianugerahi Habibie Prize sebagai bentuk penghargaan atas kontribusinya dalam pengembangan teknologi berbasis nanomaterial dan biosensor. Hal itu diketahui dari laman Instagram resmi ITB, pada 5 Desember 2024.

“Selamat kepada Prof. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D. atas anugerah Habibie Prize 2024! Penghargaan ini diberikan sebagai apresiasi atas dedikasi Prof. Brian dalam pengembangan teknologi berbasis nanomaterial dan biosensor, yang membawa dampak nyata bagi masyarakat Indonesia dan dunia,” demikian seperti dikutip dari akun @itb1920.

“Dengan karya inovatif seperti biosensor untuk deteksi penyakit dan sensor gas untuk pemantauan lingkungan, Prof. Brian membuktikan bahwa peneliti Indonesia mampu bersaing di kancah global,” lanjutnya.

MEMBACA  Nonton Pemenang Oscar 2025: Cara Menonton 'Anora,' 'Flow,' 'Conclave' dan Lainnya