Sebuah delegasi Hamas telah tiba di Kairo untuk mendiskusikan implementasi kesepakatan gencatan senjata Gaza dengan mediator, menurut pernyataan dari kelompok Palestina itu.
Kesepakatan rapuh yang dicapai bulan lalu antara Hamas dan Israel terlihat tegang pada hari Rabu, dengan Hamas mengatakan bahwa mereka tidak akan tunduk pada ancaman dari Israel dan Amerika Serikat mengenai pembaruan pertempuran dan pengusiran massal warga Palestina.
Mediator Mesir dan Qatar sedang berupaya menyelamatkan kesepakatan tersebut, menurut Al-Qahera News TV yang dijalankan oleh pemerintah Mesir, yang dekat dengan lembaga keamanan negara tersebut.
Hamas telah memperingatkan bahwa mereka akan menunda pembebasan tawanan Israel berikutnya yang dijadwalkan untuk Sabtu, dengan alasan Israel telah melanggar gencatan senjata dengan menembak warga di Gaza dan tidak memperbolehkan jumlah tenda, tempat perlindungan, dan bantuan vital lainnya masuk ke wilayah tersebut.
“Okupasi harus melaksanakan ketentuan kesepakatan gencatan senjata sampai tawanan dibebaskan. Okupasi diwajibkan untuk mematuhi protokol kemanusiaan yang disepakati,” kata juru bicara Hamas Hazem Qassem dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu.
Sejak gencatan senjata mulai berlaku pada 19 Januari, tembakan Israel telah menewaskan setidaknya 92 warga Palestina dan melukai lebih dari 800 lainnya, kata Munir al-Bursh, direktur jenderal Kementerian Kesehatan pada hari Selasa.
Dalam kekerasan terbaru, seorang pria berusia 44 tahun tewas dan lainnya terluka dalam serangan Israel di kota selatan Rafah. Militer Israel mengatakan bahwa mereka hanya menembak pada orang yang mendekati pasukannya atau masuk ke daerah tertentu melanggar gencatan senjata.
![](https://www.aljazeera.com/wp-content/uploads/2025/02/AP25042742046626-1739389898.jpg?resize=1920,1440)