Selama 15 tahun terakhir, saya secara pribadi menggunakan lemari es merek LG. Saat membeli unit pertamaku dari LG (kepanjangan dari “Life’s Good”) pada tahun 2011, model French Door sangatlah terpuji, dan kombinasi harga serta fiturnya tidak tertandingi oleh merek lain. Bahkan, saya sangat menyukainya sampai-sampai membeli unit kedua yang identik ketika pindah rumah tujuh tahun kemudian. Inilah mengapa saya sangat kecewa ketika tiba-tiba berhenti membekukan awal tahun ini. “Kami sering sekali menerima panggilan seperti ini,” jelas sang teknisi saat mengganti kompresor yang ternyata bermasalah.
Sayangnya, dia tidak salah. Bahkan penelusuran internet sekilas pun memunculkan banyak bukti yang merugikan mengenai sejarah kompresor linear LG yang bermasalah. Sebuah gugatan class action diselesaikan pada 2020 untuk kompresor LG di lemari es yang diproduksi antara 2014 dan 2017 (kulkas kedua saya, sayangnya, masuk dalam rentang ini, dan saya tidak aware dengan gugatan tersebut), namun gugatan lebih lanjut diajukan di tahun-tahun berikutnya untuk kulkas produksi 2018 dan seterusnya, terkait masalah kompresor dan pembuat es (ice maker) yang rusak. Ini bukanlah citra yang baik.
Meski demikian, LG menjual ratusan ribu lemari es per tahun—penjualan LG mencakup sepertiga pasar peralatan rumah tangga, hanya di belakang Samsung, menurut platform data OpenBrand—dan merek lain juga menghadapi gugatan class action. (Bahkan, Consumer Reports menyatakan bahwa dari semua lemari es baru yang dibeli sejak 2014, terlepas dari mereknya, 50 persennya pernah mengalami masalah.)
Saya memutuskan untuk memberi LG kesempatan lain dengan menguji salah satu lemari es Studio terbarunya, dari lini premium yang berfokus pada desain yang diluncurkan sekitar tahun 2015. Kulkas LG yang lebih baru memiliki kemampuan pintar melalui sistem ThinQ LG, dan, menurut LG, kompresor linear yang berbeda dari model lama saya. Studio Smart 3-Door French Door Refrigerator telah terpasang di dapur rumah saya selama lima bulan terakhir, di mana keluarga saya menggunakannya seperti kulkas pada umumnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa penampilan dan spesifikasinya bagus, tetapi apakah ia akan tahan lama?
Warna yang Menarik Perhatian
Foto: Kat Merck
Saya secara khusus memilih untuk menguji Studio dalam warna Essence White proprietary LG, karena saya perhatikan stainless steel semakin jarang digunakan dalam pembangunan dan renovasi rumah high-end. (Jika Anda pernah memiliki peralatan stainless steel apa pun, Anda pasti tahu bahwa itu adalah magnet untuk sidik jari dan noda.) SubZero berpanel kabinet selalu menjadi hal yang wajib di rumah mewah yang dibuat khusus, tetapi hingga baru-baru ini, tidak banyak pilihan non-stainless untuk yang disebut produsen peralatan sebagai pasar “mass premium”, selain dari desain bernuansa retro oleh merek seperti Smeg dan Big Chill. Dan faktanya, tren menuju kayu yang lebih terang dan kabinet berwarna membuka jalan bagi versi putih yang lebih kontemporer, lebih lembut daripada nada institusional era 80-an dan 90-an.
“Essence White bukanlah putih polos tradisional,” jelas Dean Brindle, kepala manajemen produk LG. “Ini bukan putih kebiruan yang biasa Anda lihat pada peralatan berwarna putih. Ini adalah putih yang lebih hangat, jadi sedikit kekuningan.”
Memang, saya bisa melihatnya—Studio Essence White ini memiliki finishing matte, hampir bercahaya, dengan ujung yang tajam dan perangkat keras persegi berwarna perunggu. Ia tidak akan terasa janggal di antara peralatan rumah tangga mewah Eropa seperti La Cornue atau Bertazzoni. Saya menyukainya. Saya pernah membaca keluhan bahwa perangkat kerasnya terlihat seperti emas dalam foto promosi online tetapi sebenarnya berwarna rose gold, dan ini benar—warnanya tidak seperti yang terlihat di foto. Ia jelas tidak akan cocok langsung dengan perangkat keras emas di tempat lain di dapur. Brindle mengatakan bahwa nada perangkat keras yang tidak biasa ini sengaja disesuaikan dengan warna kulkas.