Kualitas Touchpad yang Biasa Saja
Seperti kualitas layar yang pas-pasan, touchpad-nya juga tergolong biasa. Aku pernah pakai yang lebih buruk, tapi permukaan plastiknya tidak sehalus dan responsif seperti yang berbahan kaca. Mekanisme klik-nya berisik dan butuh tekanan lebih keras. Touchpad-nya juga agak longgar, jadi bisa tertekan tanpa mendaftarkan klik. Ini lumrah di laptop murah, dan seiring waktu, mungkin bisa kubiasakan. Tapi begitu beralih ke yang lebih premium, perbedaannya sangat terasa.
Keyboard-nya tidak terlalu bermasalah, tapi tombolnya terasa lebih lembek dari yang kusuka. Tekstur keycap yang agak kesat tidak mengganggu.
Port yang Lengkap tapi Kurang Praktis
Ada banyak pilihan port, termasuk HDMI 1.4, USB-A 3.2, USB-C 3.2, port USB-C untuk charging, dan jack headphone. Sayangnya, semuanya ada di satu sisi. Hanya slot Kensington lock yang ada di sebelah kanan. Artinya, charging hanya bisa dilakukan dari kiri.
Kinerja Cukup untuk Harganya
Saat ini, Asus Chromebook CX14 punya dua versi. Unit yang kureview adalah konfigurasi lebih mahal dengan CPU lebih cepat, RAM 8 GB, dan penyimpanan 128 GB. Prosesornya adalah Core 3 Series 1 (Intel Core 3 N355), yang hanya punya delapan efficiency cores tanpa performance cores, beda dari chip Celeron biasa.
Kinerjanya tidak istimewa, tapi 38% lebih cepat di benchmark Speedometer 3.1 dibandingkan CX15 berbasis Celeron yang kujuji bulan lalu. Aplikasi web terasa lebih responsif, apalagi saat multitasking. Meski konfigurasi lebih murah menarik (terutama saat diskon), tambahan performa dan penyimpanan layak dipertimbangkan untuk pekerjaan aktif.
Asus mengklaim baterainya tahan delapan jam. Dalam pengujianku, memang sekitar itu—tapi dengan pemutaran video lokal dan pencahayaan layar 100 lux (bukan beban berat). Pemakaian normal membuatnya jauh lebih cepat habis, dan aku perlu recharge di siang hari. Jadi, tidak sebanding dengan Lenovo Chromebook Plus 14 atau laptop premium seperti MacBook Air. Tapi untuk harganya, cukup memadai.