Jika kamu mencari minuman keras dengan sensasi yang lebih, kamu beruntung. Mikrobiolog di Inggris baru saja menciptakan bir menggunakan ragi yang berasal dari perut lebah madu Afrika, yang juga dikenal sebagai lebah pembunuh. Lebah Sekarang Jadi Ikan, Kayaknya? Bir lebah dibuat oleh para peneliti dari Universitas Cardiff. Mereka sedang mengunjungi Namibia, yang terletak di barat daya Afrika, sebagai bagian dari proyek penelitian ketika mereka tertarik pada lebah pembunuh di negara tersebut. Secara impulsif, mereka memutuskan untuk mengumpulkan sampel Saccharomyces cerevisiae—spesies jamur yang sudah lama digunakan untuk membantu memproduksi bir, anggur, dan produk roti—dari mikrobiom usus lebah pembunuh yang mati secara alami. Jamur ini lebih dikenal sebagai ragi pembuat bir. “Ketika kami kembali ke Cardiff, kami menggunakan ragi pembuat bir lebah pembunuh yang terisolasi, bersama dengan ragi dari lebah madu Wales, untuk membuat beberapa batch bir,” kata Les Baillie, seorang profesor mikrobiologi di Cardiff, dalam pernyataan dari universitas. Lebah pembunuh adalah hibrida dari berbagai subspesies lebah madu Barat (Apis mellifera) di Eropa dan lebah madu dataran rendah Afrika Timur (sendiri subspesies lain, A. m. scutellata). Julukan mereka berasal dari sifat mereka yang jauh lebih territorial dan agresif dibandingkan dengan spesies lebah lainnya. Lebah pembunuh jauh lebih mungkin untuk mempersepsikan orang dan hewan sebagai ancaman yang harus dibela dan bahkan akan mengejar ancaman tersebut untuk jarak yang lebih jauh daripada spesies lain. Meskipun mereka tidak seberbahaya seperti laporan media awal yang membuat mereka keluar, lebah pembunuh diyakini telah membunuh setidaknya 1.000 orang sejak kedatangan mereka ke Amerika pada tahun 1950-an. Minuman berdengung tim Cardiff adalah spinoff dari proyek Pharmabees mereka yang lebih besar, yang mencoba untuk mengeksplorasi apakah penyerbukan beberapa tanaman dapat mengarah pada pengembangan obat-obatan yang mampu menarget bakteri resisten antibiotik, atau superbug. Sebagai bagian dari proyek itu, para peneliti telah mengangkut dan menempatkan sarang di sekitar universitas—sarang yang mereka harapkan dapat menghasilkan madu super dengan sifat antibakteri baru. Bir yang berdengung tersebut bukan tujuan khusus dari itu, tetapi tim sekarang sedang mencari mitra bir yang dapat membantu mereka membawanya ke pasar. Dari situ, semua pendapatan akan digunakan untuk mendanai penelitian mereka terkait lebah. “Penelitian kami tentang lebah sedang mengungkap bagaimana madu, lilin lebah, dan produk lebah lainnya dapat memainkan peran dalam memecahkan beberapa tantangan terbesar dunia—termasuk menangani resistensi antibiotik dan superbug,” kata Bailie.