Banyak keyboard mekanik yang kesulitan dalam hal estetika. Susah banget buat didapetin dengan tepat! Kalau desainnya terlalu berlebihan, fungsionalitas bisa terganggu atau tampilannya jadi terlalu ramai. Kalo cuma pakai desain dasar, hasilnya bisa jadi keyboard yang membosankan. Apapun pilihannya, tetap ada kemungkinan gagal dan dapat produk yang kurang menarik.
Tapi akhir-akhir ini banyak muncul keyboard dengan desain yang sangat bagus: contohnya Keychron K2 HE Special Edition, lalu ada juga Mchose GX87 Ultra, belum lagi berbagai kit keyboard custom high-end yang tersedia saat ini. Di sebagian besar keyboard ini, keycaps justru jadi elemen sekunder—meski terlihat bagus, biasanya desainnya standar dan minimalis.
Asus mengambil pendekatan berbeda dengan ROG Azoth X: casing putih sederhana, tapi keycaps-nya colorful dan bergaya. Desainnya tidak terlalu konvensional, tapi tampilannya sangat menarik dan bisa mempercantik meja kerja tanpa mengganggu setup. Keyboard ini sukses tampil bagus tanpa mengorbankan kualitas—Azoth X punya konektivitas 2.4 GHz dan Bluetooth, polling rate 1.000 Hz, serta struktur internal yang bikin nyaman digunakan dan mudah dimodifikasi. Tersedia dalam warna putih dengan switch NX click atau linear, termasuk wrist rest silikon. Harganya cukup mahal, $300.
Ketikannya Dalam dan Responsif
Foto: Henri Robbins
Dari segi pengalaman mengetik, keyboard ini paling mirip dengan Razer BlackWidow V4 75%. Keduanya memakai casing atas logam dan casing bawah plastik dengan sistem gasket mount serta plate plastik. Kekakuan dan profil suaranya juga mirip. Perbedaan terbesar ada di opsi switch: keyboard 75% Razer hanya tersedia dengan switch tactile, sedangkan Asus menyediakan switch linear dan clicky.
Unit yang saya terima menggunakan switch linear Asus Snow. Switch ini tergolong ringan dengan suara ketikan yang dalam dan konsisten halus sepanjang penekanan. Memang bukan switch terhalus yang pernah saya coba, tapi gesekannya minimal dan konsisten, sehingga tetap nyaman digunakan. Switch ini juga punya stem wobble yang minim, membuat ketikan terasa stabil. Kekuatannya lebih ringan dari Cherry MX Red, hanya butuh 53 gram untuk bottom out dibanding MX Red yang 60 gram. Perbedaannya terasa dan bikin switch lebih responsif tanpa risiko mistype seperti switch ultra-ringan (di bawah 50g).
Sistem gasket-mount di keyboard ini terasa seperti perpaduan antara gasket mount dan o-ring mount, karena karet gasketnya tertekan rapat di dalam casing. Hasilnya, sensasi ketikannya konsisten di seluruh keyboard dan lebih terhubung dengan casing dibanding gasket foam biasa. Tetap ada sedikit bounce dan kelembutan seperti gasket mount pada umumnya, tapi tidak sebanyak keyboard sejenis.
Stabilizer di Azoth X standar plate-mounted dan sudah dilubrikasi dari pabrik. Meski plate-mounted biasanya kurang stabil dibanding PCB-mounted, stabilizer di sini tetap terasa bagus dan tidak berdering saat baru dibuka.
Estetika Futuristik
Foto: Henri Robbins
Banyak hal yang saya suka dari desainnya. Keycaps-nya sedikit lebih datar dari rata-rata dan punya konstruksi dua lapis dengan bagian belakang transparan untuk difusi RGB. Casingnya ramping dan berdesain angular, terlihat stylish dan futuristik tanpa memakan banyak ruang.