Perkembangan Teknologi Telah Membawa Banyak Hal Baru
Kemajuan teknologi telah memberikan banyak manfaat. Bagi paleontolog, teknologi memungkinkan peneliti untuk menganalisis material yang lebih lunak—seperti kulit, bulu, sisik, dan rambut—yang ditemukan pada fosil makhluk purba. Hal ini menghasilkan temuan baru yang unik tentang hewan-hewan yang sudah punah, menunjukkan bahwa mereka lebih aneh dari yang pernah kita bayangkan.
Sebuah penelitian yang diterbitkan hari ini di Nature mengulas ulang fosil Mirasaura grauvogeli, reptil berusia 247 juta tahun yang memiliki struktur mirip bulu menonjol dari punggungnya. Selama ini, struktur tersebut dianggap sebagai bulu, tetapi studi baru menyatakan bahwa itu bukanlah bulu. Alih-alih, para peneliti berpendapat bahwa itu adalah jenis kulit yang tidak biasa, yang membentang seperti kipas dari punggung reptil tersebut. Penelitian lebih lanjut diperlukan, namun para penulis studi percaya bahwa kipas ini mungkin berfungsi sebagai alat komunikasi antarmakhluk tersebut.
Rekonstruksi kerangka Mirasaura. Kredit: Stephan Spiekmann
Struktur ini menyimpan partikel pembawa pigmen bernama melanosom, yang lebih mirip dengan burung daripada reptil. Namun, keunikan dari tambahan ini adalah bahwa mereka bukanlah bulu maupun sisik. Menurut para peneliti dalam studinya, struktur ini “bertekstur bergelombang”—seperti kardus—dan kemungkinan cukup lentur.
“Bukti ini mengungkapkan bahwa kulit vertebrata memiliki kemungkinan evolusi yang lebih aneh dari yang mudah dibayangkan,” tulis Richard Prum, ahli biologi evolusi dari Universitas Yale yang tidak terlibat dalam penelitian ini, dalam sebuah komentar untuk Nature. “Mirasaura mengajarkan kita bahwa bulu hanyalah satu dari banyak hal menakjubkan yang berevolusi dari kulit reptil.”
Holotipe Mirasaura (Museum Sejarah Alam Stuttgart, Jerman) yang menunjukkan tengkorak mirip burung dan struktur seperti jambul di punggung. Kredit: Stephan Spiekmann
Untuk analisis ini, tim paleontolog dari Museum Sejarah Alam Stuttgart, Jerman, meneliti kembali fosil Mirasaura yang ditemukan tahun 1939 dan diperoleh museum pada 2019. Awalnya, peneliti tidak tahu apa fosil tersebut—bahkan, tim di balik studi inilah yang pertama kali mengidentifikasinya.
Demikian pula, para paleontolog sebelumnya tidak sepenuhnya memahami kerabat dekat Mirasaura, yaitu Longisquama insignis, yang juga memiliki struktur panjang mirip bulu di punggungnya. Saat itu, ilmuwan bingung menentukan apa sebenarnya struktur itu, sebagian karena fosil Longisquama tidak terawat dengan baik. Namun, dalam penelitian baru ini, tim merekonstruksi anatomi kerangka kedua makhluk tersebut dan menyimpulkan bahwa Mirasaura dan Longisquama kemungkinan besar termasuk dalam keluarga drepanosaur—kelompok reptil aneh dari era Trias (antara 201 hingga 252 juta tahun lalu) yang kadang dijuluki “kadal monyet.”
Model Mirasaura grauvogeli. Kredit: Tobias Wilhelm
Dan drepanosaur ini memang sangat aneh: tengkorak panjang mirip burung, tubuh seperti bunglon, dan anatomi yang menunjukkan bahwa mereka hidup di pohon. Jika penelitian ini terbukti benar, berarti drepanosaur mungkin memiliki struktur heliks rumit yang menjulur dari punggungnya, seperti Mirasaura dan Longisquama.
Ketika mempelajari masa lalu, paleontolog menggunakan pertimbangan terbaik mereka untuk menyimpulkan ciri fisik berdasarkan bukti empiris. Maka, sungguh mengejutkan bahwa dengan metode yang cermat dan canggih, ilmuwan menemukan versi reptil dari Transformers. Di sisi lain, “penemuan ulang” fosil-fosil lama semacam ini mengungkap wawasan menakjubkan dari masa lalu—itulah mengapa kita selalu menantikannya.