Perl dulu ada dimana-mana. Atau setidaknya terasa seperti itu. Sekitar pergantian milenium, sepertinya hampir setiap website dibangun dengan bahasa skrip ini. Ia memproses teks dalam jumlah besar—mekanisme untuk melakukannya dengan kuat dan mudah adalah bagian dari bahasanya—bahkan dipakai di bioinformatika, mengolah data genetik. Berdasrkan satu daftar, perusahaan yang memakai Perl sangat beragam: Amazon, Google, Yahoo, Deutsche Bank, Akamai, Citibank, Comcast, Morgan Stanley, Mozilla. Banyak bagian Craigslist diprogram dengan Perl.
Bahkan di puncak penggunaannya, popularitas Perl selalu sedikit mengejutkan. Perl adalah bahasa yang tidak bisa dipungkiri berantakan. Sering disebut sebagai “selotip internet,” dengan candaan programmer bahwa ini bahasa “hanya tulis“: Anda menulisnya tapi jarang membacanya (setidaknya dengan sukses).
Ada sifat gabungan dan campur aduk dalam Perl, semua demi motonya: “Ada Lebih dari Satu Cara untuk Melakukannya.” Seperti sinonim dalam bahasa Inggris, Perl punya berbagai pendekatan untuk menulis hal yang sama. Meski ini fitur umum bahasa pemrograman sampai batas tertentu, Perl seolah ingin memaksakannya. Ada banyak cara, misalnya, menulis pernyataan kondisional, dari pakai “if” tradisional hingga “unless”; menulis if terbalik dalam satu baris; bahkan operator tiga bagian dengan tanda tanya dan titik dua. Aku ingat betul, di awal 2000-an, menulis kode Perl satu hari, dan keesokannya tak paham apa yang kutulis.
Tapi kekacauan dan struktur barok ini sebenarnya disengaja dan bagian dari filosofi Perl. Penciptanya, Larry Wall, berlatih di linguistik, dan awalnya ingin menjadi misionaris bersama istrinya untuk bahasa-bahasa langka. Wall akhirnya mengambil jalan lain dan sepenuhnya terjun ke koding. Tapi pemikirannya mendalam soal cara bahasa bekerja tak pernah hilang.
Perspektif Wall sepertinya adalah bahwa obsesi pada kemurnian linguistik terlalu dibesar-besarkan. Bahasa Inggris punya kata dari Prancis, Yunani, Jerman, bahkan Akkadia, mencerminkan sejarah berliku dan asal-usul beragam. Kita memisahkan infinitif dan menggantung modifikator. Ada permainan kata, disengaja atau tidak. Jadi apa salahnya sedikit keanehan dalam menulis if? Wall melihat evolusi sebagai bagian dari perkembangan bahasa. Ada proses organik di sini, dan hasil akhir tak harus rapi. Maka, pendekatan luas—dan tidak menghakimi—pada konstruksi bahasa penting, baik untuk menulis skrip atau soneta.
Perl punya “lebih dari satu cara” untuk melakukan sesuatu, dan Inggris punya banyak gaya serta sifat fleksibel, yang bisa mencakup resep masakan hingga haiku, daftar belanja hingga Faulkner. Itu tanda sesuatu yang benar-benar terbuka. Seperti kata Wall: “Aku percaya bahwa bahasa… harusnya jadi medium artistik yang amoral.” Jika Perl punya visi atau dogma, mungkin hanya fakta bahwa seharusnya tak ada dogma pemrograman sama sekali.
Jelas saja, aku bukan pengguna berat Perl. Sintaksis dan keruwetannya mengalahkan kekuatannya, dan saat diperkenalkan pada struktur teratur Python, aku beralih dan tak pernah benar-benar kembali. Ini mungkin petunjuk mengapa Perl kehilangan kilaunya. Bahkan di 1998, di masa jayanya, ada saran bahwa keborosan Perl bisa memicu keinginan beralih ke sesuatu yang “lebih bersih.” Apapun alasannya, Perl tak lagi sepopuler dulu.