Pesawat yang membawa Menteri Pertahanan Pete Hegseth terpaksa melakukan pendaratan tidak terjadwal di Inggris pada hari Rabu akibat retakan pada kaca depannya. Hegseth sedang dalam perjalanan kembali ke Amerika Serikat setelah menghadiri pertemuan dengan pejabat pertahanan NATO di Belgia.
“Dalam perjalanan pulang ke Amerika Serikat dari pertemuan Menteri Pertahanan NATO, pesawat Menteri Perang [sic] Hegseth mendarat di Inggris karena retak pada kaca depan pesawat. Pendaratan dilakukan berdasarkan prosedur standar dan semua yang ada di dalam pesawat, termasuk Sekda Hegseth, dalam keadaan selamat,” tulis juru bicara Pentagon Sean Parnell dalam sebuah postingan di X.
Menurut Bloomberg, pesawat Boeing C-32 tersebut mendarat darurat di Royal Air Force Mildenhall setelah retakan ditemukan ketika pesawat melintas di atas Irlandia selatan. Pesawat dengan cepat turun ke ketinggian 10.000 kaki setelah retakan terdeteksi, sebuah tindakan yang lazim dilakukan dalam situasi seperti ini karena kekhawatiran terhadap depressurisasi kabin.
Pesawat yang membawa Hegseth merupakan pesawat jet penumpang 757-200 yang dimodifikasi dan usianya hampir tiga dekade. Seperti dicatat Bloomberg, pesawat yang digunakan para anggota kabinet seringkali sudah tua dan rentan mengalami kerusakan. Menteri Luar Negeri Marco Rubio juga pernah mengalami insiden serupa yang mengharuskannya melakukan pendaratan darurat pada bulan Februari lalu.
Hegseth, yang merupakan Menteri Pertahanan paling tidak berkualifikasi yang pernah menjabat, hanya memberikan cuitan singkat mengenai insiden ini: “Semua baik. Syukur kepada Tuhan. Lanjutkan misi!”
Hegseth telah berupaya membersihkan militer AS dari siapapun yang bukan laki-laki kulit putih, dengan bersikeras bahwa Pentagon terlalu fokus pada DEIāsebuah istilah yang digunakannya untuk merendahkan perempuan dan kelompok minoritas ras. Namun, Hegseth berulang kali menunjukkan ketidakmampuannya, yang paling terkenal adalah ketika dia membagikan informasi sangat rahasia dalam grup Signal yang termasuk pemimpin redaksi The Atlantic, Jeffrey Goldberg.
Hegseth selamat dari insiden itu karena Trump lebih menghargai loyalitas daripada kompetensi. Namun, dia terus membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang sangat paranoid dan impulsif, dengan memecat bukan hanya para pimpinan militer yang tidak disukainya, tetapi juga orang-orang yang awalnya dia pekerjakan untuk mereformasi Pentagon. Laporan dari dalam Pentagon mengisyaratkan bahwa Hegseth terobsesi dengan kebocoran informasi dan kekhawatiran bahwa orang-orang dekatnya mungkin membocorkan informasi kepada pers.
Mentri Pertahanan tersebut juga menuntut para jurnalis di Pentagon untuk menandatangani semacam janji setia dengan pembatasan terhadap jenis materi yang dapat diterbitkan, suatu hal yang bahkan ditolak oleh mantan majikannya, Fox News.