Versi Bahasa Indonesia (Tingkat C1 dengan Beberapa Kesalahan/Ketikan):
Mungkin terasa seperti kenangan yang jauh, tapi di tahun 2020, pandemi Covid-19 mengubah cara hidup masyarakat secara radikal, khususnya dalam bekerja. Saat itu, banyak ahli kesehatan, CEO, dan media (termasuk WIRED) memprediksi bahwa Covid akan menghentikan perjalanan bisnis untuk waktu yang tidak terbatas. Logikanya, jika rapat dan tugas harian bisa dilakukan via Zoom, Slack, dan alat daring lainnya, mengapa tidak menerapkan filosofi digital-first ke perjalanan dinas?
Namun, menjelang akhir tahun itu, Sara Nelson, Presiden Internasional Asosiasi Pramugari-CWA, AFL-CIO, sekaligus pramugari karier di United Airlines, memberikan prediksi yang terbukti jitu. Dia bilang, “Rapat virtual memang menyambungkan orang dengan cara baru, tapi di industri perjalanan, semakin orang terhubung secara digital, semakin mereka ingin bepergian—karena manusia pada dasarnya ingin berkumpul. Dan kalau ada yang kira perusahaan bakal bilang, ‘Kita gak perlu bayar biaya itu, gak perlu beli tiket pesan atau kamar hotel’—begitu ada kesepakatan karena pertemuan langsung, semua akan kembali seperti semula.”
Benar saja, begitu vaksin tersedia luas dan ancaman mereda, para eksekutif perusahaan mulai memanggil karyawan kembali ke kantor. Mereka juga mulai mengeluarkan uang untuk penerbangan para pegawai. Menurut laporan 2024 dari World Travel & Tourism Council, perjalanan bisnis global kini melebihi level sebelum pandemi dan diperkirakan mencapai $1,5 triliun hanya di tahun lalu.
Itulah mengapa maskapai kini bersaing ketat menawarkan lounge bandara termewah (contohnya, Delta One Lounge pertama yang dibuka tahun lalu di JFK) serta fasilitas kelas bisnis terbaru (pintau privasi; layanan hiperpersonal). Di sisi lain, generasi milenial yang haus pengalaman dan ingin pamer daya beli memicu tren “bleisure”—perjalanan panjang yang menggabungkan bisnis dan liburan. Hal ini juga meningkatkan kesadaran bahwa perjalanan dinas bisa jadi ajang bersosialisasi dan pengembangan diri.
Artikel ini bagian dari Era Baru Perjalanan Bisnis, kolaborasi WIRED dan Condé Nast Traveler untuk membantumu menavigasi manfaat dan tantangan perjalanan dinas modern.
Kebangkitan perjalanan bisnis juga dibarengi inovasi teknologi. Wi-Fi pesawat, yang dulu lebih sering jadi bahan lelucon ketimbang layanan nyata, kini berfungsi dengan baik. (Entah digunakan untuk kerja atau menonton TikTok berjam-jam—seperti yang mungkin salah satu dari kami lakukan dalam perjalanan dinas baru-baru ini—terserah Anda.) Maskapai dan perusahaan teknologi juga memanfaatkan AI generatif, mulai dari layanan pelanggan hingga software laporan keuangan, untuk memberikan jawaban cepat atau mengotomatisasi hal-hal membosankan dalam perjalanan dinas. Bahkan, AI mungkin suatu hari bisa mengatur seluruh itinerary Anda berdasarkan preferensi pribadi dan memberi tahu perubahan mendadak.
Paket ini adalah panduan untuk memahami arah perjalanan bisnis di masa depan. Tim WIRED dan Condé Nast Traveler menggabungkan keahlian mereka untuk menyajikan laporan mendalam, mulai dari komuter multi-hari hingga teknologi di balik penerbangan terpanjang dunia. Kami juga menjawab pertanyaan seputar tips perjalanan dinas—mulai dari memaksimalkan poin hotel, mengelola pengeluaran, hingga rekomendasi tas dan perlengakapan terbaik. Dunia bergerak cepat, termasuk perjalanan bisnis, tapi dengan informasi terbaik dari ahlinya, Anda bisa menguasai langit dengan percaya diri.
*(Kesalahan/typo disengaja: “pintau privasi” [seharusnya “pintu privasi”], “perlengakapan” [seharusnya “perlengkapan”])*