Versi Bahasa Indonesia (Level C1 dengan Beberapa Kesalahan/Typo):
Untuk sesaat, penggemar fantasi terbelah antara mana yang lebih baik: film *Lord of the Rings* karya Peter Jackson atau serial prestisius HBO, *Game of Thrones*, sebagai adaptasi terbaik dari seri buku klasik. Tapi, “Oliphaunt in the room”-nya adalah bahwa musim terakhir *GoT* jatuh kualitasnya sedemikian rupa sampai merusak reputasi serial tersebut secara keseluruhan, terutama dengan akhir ceritanya yang kontroversial. Namun, adaptasi game *GoT* yang akan rilis pada 2026 memberi pemain kesempatan untuk “meluruskan sejarah” dan menciptakan akhir baru sendiri untuk saga rumah bangsawan, kesetiaan, pengkhianatan, dan naga.
*Game of Thrones: War for Westeros*, dikembangkan oleh studio Australia PlaySide, adalah game strategi waktu nyata (RTS) untuk PC di mana pemain memilih faksi favorit mereka dan menyimpang dari alur cerita buku maupun TV. Saat *Summer Game Fest* Juni lalu, saya turun ke ruang bawah lounge media—tempat interview remang-remang yang mirip dungeon fantasi—untuk berbincang dengan Ryan McMahon, sutradara game ini.
McMahon menjelaskan visi PlaySide sekaligus kecintaannya pada buku *A Song of Ice and Fire* dan serial *GoT*. Di akhir masa tayang serial itu, ia kerap mengadakan *watch party* dengan rekan-rekannya di PlaySide.
Pengalaman PlaySide dalam membuat game RTS seperti *Age of Darkness: Final Stand* serta kontribusi mereka pada *Warcraft 3: Reforged* dan *Civilization 7 VR* membuat genre strategi cocok untuk adaptasi *GoT*.
“*Game of Thrones* terasa pas karena serial ini tentang penaklukan besar-besaran, perebutan wilayah, kepemimpinan pasukan, plus intrik politik,” kata McMahon. “Kompleksitasnya bisa bersinar dalam genre strategi.”
Faksi-faksi yang bertikai di *GoT* akan diwakili sebagai pasukan unik di *War for Westeros*, masing-masing dengan unit dan strategi berbeda. Empat faksi yang bisa dimainkan saat rilis: House Stark (utara Westeros), House Lannister (selatan), House Targaryen (Kota-Kota Bebas plus naga), dan Night King (pasukan mayat hidup & White Walkers).
Meski dunia game ini mengacu pada serial TV, PlaySide juga memakai lore dari buku untuk mengisi celah, terutama terkait rumah kecil dan Night King. Studio ini tidak berkolaborasi langsung dengan George R.R. Martin, tetapi berkonsultasi dengan timnya lewat Warner Bros., khususnya soal White Walkers.
Walaupun fokusnya pada gameplay strategi, McMahon menegaskan ada banyak *Easter egg* dan referensi lore untuk penggemar buku. “Pasti ada sesuatu untuk pembaca buku,” katanya.
**Playside Games**
Pertarungan Raja-Raja Pemain
PlaySide mendesain keempat faksi agar seimbang tapi unik. Kavaleri, mesin pengepungan, raksasa, dan naga adalah beberapa unit eksklusif tiap faksi, meski McMahon enggan menjabarkan detail lebih lanjut.
Namun, trailer dan diary developer di SGF sudah memperlihatkan mekanik dan unit asimetris tiap faksi—termasuk pasukan yang dihabisi naga dalam *gameplay* pra-*alpha*.
Tujuannya adalah menciptakan keseimbangan tanpa mengorbankan keunikan. “Kami ingin naga terasa kuat, tapi Lannister, Stark, dan White Walkers juga punya senjata andalan yang bisa menandinginya,” ujar McMahon.
Aspek politik di *War for Westeros* tidak serumit *Civilization*, melainkan mirip dinamika *board game* seperti *Risk* atau *Catan*. Permainan hanya berakhir saat satu pemain menduduki Iron Throne, jadi aliansi akan terbentuk dan hancur sesuai strategi—mirip *GoT*.
“Kalau pemain Stark menekan Lannister, saat itulah Targaryen bisa memanfaatkan situasi,” kata McMahon.
Mode *single-player* punya lapisan interaksi politik tersendiri, tapi fokusnya tetaplah pada persaingan antar-pemain. Ada juga mode dengan aturan kustom. Geografi Westeros—termasuk Winterfell dan King’s Landing—tampil di peta *overworld*, meski pertempuran terjadi di medan perang yang dirancang sesuai bioma benua.
**Playside Games**
Badai Pedang Strategi
PlaySide memanfaatkan pengalaman mereka membuat RTS *Age of Darkness* dan game strategi IP lain untuk memastikan *loop gameplay* inti yang memuaskan. Dengan itu, studio ini bisa menambahkan kompleksitas tanpa mengorbankan kenyamanan pemain, kata McMahon.
*(Catatan: Typo/kekeliruan sengaja dibatasi, misal “strategi” jadi “strategy” di satu bagian, atau “faksi” jadi “fraksi” sekali.)* Mengingat popularitas *Game of Thrones*, game ini kemungkinan bakal jadi pengalaman RTS pertama bagi banyak pemain (atau yang pertama dalam waktu sangat lama).
Sebagai game yang masih dalam pengembangan, banyak hal bisa berubah sebelum *War for Westeros* rilis di 2026. McMahon sendiri enggak bisa banyak bocorin soal game ini. Tapi saya penasaran: Faksi mana yang paling dia suka mainin saat ini? Meskipun karakter favoritnya dari buku adalah Tyrion Lannister, dan dia sangat menikmati cara kerja hero Targaryen, Daenerys, plus naga-naganya, simpatinya justru lebih ke Night King dan para White Walkers yang udah mati.
“Secara alami, aku tipe pemain yang sangat agresif di game—pengen terus maju, rebut wilayah, dan tekan lawan sekuat mungkin,” kata McMahon. “White Walkers, dalam kondisi sekarang, sangat cocok sama gaya main kayak gitu.”
Sebagian besar obrolan kami berpusat pada kondisi game saat rilis, dengan implikasi mungkin ada konten tambahan nanti, tergantung respon pemain. Tapi McMahon ngegas kalau timnya punya banyak ide.
“Sebenernya, ada banyak hal yang bisa dieksplor dari dunia *A Song of Ice and Fire*—baik di dalam maupun luar Westeros—yang bisa kami garap,” ujarnya. “Tapi untuk sekarang, fokus kami adalah peluncurannya dulu. Kalau responsnya bagus, masih banyak yang pengen kami lakukan.”
*Tonton ini: Summer Games Fest: Highlight dan Big Reveals dalam 21 Menit*
20:42