Penelitian Ungkap Seperempat Perdagangan di Polymarket Palsu

Kalau Anda bertaruh “lebih” bahwa lebih dari 10% perdagangan di pasar prediksi Polymarket itu tidak otentik, silahkan klaim kemenangan Anda. Menurut sebuah studi terbaru dari peneliti Universitas Columbia, sebanyak seperempat dari seluruh volume perdagangan di platform tersebut merupakan “perdagangan buatan.”

Para peneliti menganalisis aktivitas jual-beli selama tiga tahun di Polymarket, sebuah platform yang memungkinkan orang memperdagangkan “kontrak” terkait peristiwa dunia nyata berdasarkan kemungkinan suatu hasil. Temuan mereka menunjukkan bahwa sekitar 25% kontrak tersebut adalah “wash trade”, yaitu ketika seseorang atau entitas membeli dan menjual kontrak yang sama untuk menciptakan volume perdagangan palsu yang dapat memanipulasi pasar.

Perlu dicatat bahwa para peneliti tidak menuduh Polymarket terlibat langsung dalam transaksi ini untuk menciptakan minat artifisial, tetapi mereka menyoroti bahwa penggunaan stablecoin cryptocurrency sebagai alat tukar di platform tersebut mungkin mempermudah pelaku untuk melakukan transaksi semacam ini.

Para peneliti mengembangkan algoritma yang dapat mengidentifikasi akun-akun yang hanya berinteraksi dengan segelintir akun lain, secara teratur membeli kontrak yang dijual akun tertentu atau sebaliknya. Hal ini mengungkap jaringan pedagang yang diduga melakukan wash trade untuk menciptakan volume dan minat tambahan secara artifisial.

Transaksi semacam ini ternyata sangat banyak terjadi. Bahkan, para peneliti menandai hampir 15% dompet di platform—total 1,26 juta dompet—yang diduga terlibat dalam transaksi buatan ini. Meskipun 25% dari seluruh volume Polymarket dikaitkan dengan perdagangan palsu ini, angkanya pernah melonjak jauh lebih tinggi. Pada puncaknya di Desember 2024, diperkirakan hingga 60% volume perdagangan mungkin berasal dari order fiktif.

Polymarket tidak menanggapi permintaan komentar mengenai temuan studi ini.

Walaupun Polymarket mungkin tidak terlibat aktif dalam memanipulasi volume perdagangan di platformnya, mereka cukup giat menciptakan volume dengan memposting umpan di media sosial. Pada tanggal 4 November, hari pemilihan walikota New York, perusahaan tersebut berusaha keras mencari pembeli dan penjual yang mau bertaruh pada hasil pemilu, dengan memposting tentang Mamdani yang tercantum dua kali di surat suara (hal yang benar adanya tapi tidak jahat, bertentangan dengan narasi akun-akun sayap kanan di media sosial) dan mengklaim adanya “lonjakan ikan paus” yang bertaruh pada kemenangan Andrew Cuomo sambil bertanya, “Apa mereka tahu sesuatu yang kita tidak tahu?” Secara teknis itu mungkin bukan manipulasi pasar, tapi tindakan tersebut cukup tidak tahu malu.

MEMBACA  Potensi terurai nya perdagangan carry yen dapat tetap menjadi hambatan pasar