Sabrina Ortiz/ZDNET
Menjelang Konferensi Pengembang Dunia Apple (WWDC), banyak yang meragukan kemampuan Apple bersaing di ranah AI. Hal ini diperparah oleh laporan bahwa fitur paling dinantikan, Siri 2.0, tidak akan dirilis—prediksi yang ternyata benar.
Namun di WWDC, serangkaian pengumuman AI Apple membuktikan bahwa mereka masih terjun dalam permainan AI.
Pendekatan Goldilocks
Strategi AI Apple sempat melenceng ketika mereka terlalu ambisius—mengumumkan fitur canggih hanya untuk menahannya, membuat frustasi pengguna, terutama yang baru meningkatkan ponsel ke chip A18 demi mencobanya. Ini menyimpang dari strategi khas Apple: masuk setelah pesaing dan melakukannya lebih baik. Sepertinya Apple belajar dan kini mengambil pendekatan Goldilocks.
Apa kesamaan fitur AI terbaik di WWDC? Tidak terlalu ambisius (Siri 2.0) atau terlalu dasar (Genmoji). Banyak fitur terkuat berada di tengah—alat praktis yang diidamkan pengguna sehari-hari untuk memperbaiki alur kerja.
Contoh utama adalah pembaruan Visual Intelligence, yang memungkinkan Apple Intelligence membantu screenshot, pencarian web, dan penggunaan ChatGPT. Pengguna Apple telah iri dengan fitur Circle to Search Android selama bertahun-tahun karena sangat membantu pencarian sehari-hari.
Begitu pula Hold Assist, di mana Apple Intelligence mendeteksi saat Anda ditahan di telepon dan mengingatkan saat lawan bicara kembali. Ini menghemat waktu dan mudah diterapkan. Meski bukan terobosan, fitur ini memanfaatkan AI untuk nilai praktis—seperti bubur Goldilocks, tidak terlalu panas atau dingin.
Selain meniru Android, Apple juga meluncurkan fitur futuristik tanpa masuk zona "terlalu panas". Fitur terjemahan real-time baru dapat menerjemahkan teks di Messages serta audio di FaceTime dan panggilan, dilengkapi transkrip. Sejak LLM populer, terjemahan adalah bidang unggulan mereka.
Apple memanfaatkan fungsi yang sudah terbukti dan mengintegrasikannya dengan mulus ke perangkatnya—contoh terbaik keahlian Apple: mengambil yang sudah bekerja dan memadukannya ke hardware serta OS (alih-alih menciptakan AI baru dari nol).
Memanfaatkan Ahli, LLM, dan Hardware yang Ada
Apple belajar dari WWDC tahun lalu—mengandalkan alat yang dimilikinya. Salah satu langkah cerdasnya adalah membuka model on-device untuk developer pertama kali. Komunitas developer Apple yang berbakat akan cepat berinovasi dengan Apple Intelligence, menguntungkan semua pihak: Apple, pengguna, dan developer.
Apple juga semakin nyaman menggunakan alat kuat seperti ChatGPT dalam ekosistemnya. Seperti disebutkan, pembaruan Visual Intelligence mengandalkan ChatGPT untuk bantuan berdasarkan screenshot. Contoh lain adalah Image Playground, yang memungkinkan pembuatan gambar lebih realistis dengan generator gambar ChatGPT—langkah cerdas karena generator gambar Apple sebelumnya dianggap kurang mumpuni.
Selain produk konsumen, Apple juga membuka akses developer ke alat AI yang sudah ada di pasaran. Developer kini dapat menghubungkan model AI di Xcode untuk menerima saran AI saat membuat aplikasi.
Pendekatan ini berbeda dari copilot native atau platform asisten AI seperti GitHub, tapi masuk akal bagi Apple untuk tidak menciptakan roda baru. Mereka tidak perlu menjadi lab penelitian AI terdepan—bidang di mana pesaing seperti OpenAI unggul.
Misi Apple adalah memberi pengalaman terbaik di perangkat mereka. Caranya? Fokus pada keunggulannya: hardware tangguh, privasi, serta antarmuka dan desain unik.
Dengan chipset A18, Apple telah meletakkan fondasi untuk fitur AI canggih. Kini, waktunya membuka pintu bagi perusahaan dan developer lain untuk mempercepat inovasi di perangkat Apple.
Dapatkan berita teratas pagi hari langsung di inbox Anda dengan Tech Today newsletter.