Pemangsa yang Lebih Menyeramkan Memburu ‘Burung Teror’ Raksasa di Amerika Selatan

Antara 16 hingga 11,6 juta tahun lalu, seekor buaya muda menemukan camilan lezat di wilayah yang kini dikenal sebagai Amerika Selatan. Namun, santapan itu ternyata terlalu ambisius, karena buaya tersebut bukan sedang menghadapi mangsa sembarangan.

Itu adalah phorusrhacid, predator besar yang dijuluki "burung teror". Burung yang kini punah ini tentu tidak akan menyerah tanpa perlawanan—kecuali jika sudah mati, dan buaya oportunis itu hanya memakan bangkainya. Tapi, tampaknya bukan itu yang terjadi. Pertemuan dua predator puncak ini terjadi, dan yang tersisa kini hanyalah beberapa bekas gigitan pada fosil tulang dari Zaman Miosen Tengah. Bagi paleontolog, fosil ini memberikan gambaran langka tentang interaksi mangsa-mangsa prasejarah antara dua hewan tangguh yang sangat berbeda.

Bekas gigitan buaya raksasa pada tulang burung teror dari puluhan juta tahun lalu.
© Andres Link, dkk., 2025.

"Bukti interaksi trofik [makan] langsung antara predator puncak masih jarang diteliti," tulis para peneliti dalam studi yang merekonstruksi pertemuan ini. Studi tersebut diterbitkan di Biology Letters. "Mangsa biasanya adalah herbivora atau hewan lain yang bukan predator puncak," jelas penelitian itu. Kisah ini tentang "predator puncak akuatik yang memangsa predator puncak darat" memperkaya pemahaman kita tentang betapa rumitnya jaring makanan di ekosistem vertebrata, baik masa kini maupun purba.

Untuk menyelidiki pertemuan prasejarah ini, peneliti memindai fosil burung teror yang telah diidentifikasi sebelumnya, lalu membuat model digital bekas gigitannya. Mereka membandingkan jejak gigi itu dengan gigi crocodyliform (kelompok reptil predator termasuk buaya, aligator, dan caiman) dari La Venta, lokasi fosil di Kolombia tempat spesimen ini ditemukan.

Buaya mungkin memakan bangkai burung teror yang sudah mati.
© Julián Bayona

MEMBACA  Adegan Terakhir Lower Decks di NYCC adalah Pengecekan Realita

"Perbandingan dengan spesimen buaya hitam modern (Melanosuchus niger) menunjukkan bahwa bekas itu kemungkinan disebabkan oleh caiman besar, sepanjang 4,6 hingga 4,8 meter," jelas para peneliti, termasuk ahli biologi Andres Link dari Universitas Andes. "Dalam koleksi fosil La Venta, yang paling cocok dengan ukuran besar ini adalah spesimen muda dari caiman raksasa Purussaurus neivensis—predator terbesar di Fauna La Venta."

Karena bekas gigitan pada tulang burung teror tidak menunjukkan tanda penyembuhan, burung tersebut kemungkinan tewas dalam serangan P. neivensis atau sudah mati sebelumnya.

Studi ini akhirnya mengungkap interaksi antara "beberapa predator puncak paling ikonik di Miosen Amerika Selatan", menunjukkan bahwa phorusrhacid besar mungkin menghadapi ancaman lebih besar dari yang diperkirakan peneliti sebelumnya.