Sebuah studi terbaru menunjukan hubungan mengejutkan antara penggunaan ganja kronis dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular—baik melalui merokok maupun mengonsumsi edibles. Temuan ini menantang anggaan umum tentang dampak tetrahydrocannabinol (THC), yang banyak dianggap relatif tidak berbahaya—terutama saat dikonsumsi.
Studi yang dipublikasikan pada Rabu, 28 Mei di JAMA Cardiology menemukan bahwa perokok THC memiliki fungsi arteri yang secara signifikan lebih buruk dibanding bukan pengguna. Efek serupa terlihat pada pengguna edibles, meskipun dampaknya tidak separah perokok. Dalam kedua kasus, fungsi vaskular turun sekitar separuh dibanding non-pengguna, menurut pernyataan dari Universitas California, San Francisco.
"Secara ilmiah, hasil THC ini sangat menarik, tapi ini benar-benar membingungkan pesan kesehatan masyarakat," kata rekan penulis Matt Springer, peneliti kardiovaskular di UCSF, dilaporkan kepada penulis utama Leila Mohammadi ketika melihat data tersebut.
Hasil ini menambah bukti bahwa penggunaan ganja jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan kardiovaskular dan kejadian berbahaya seperti serangan jantung dan stroke, meski para ahli masih belum sepakat soal dampak pastinya. Studi 2024 di Journal of the American Heart Association menemukan, pengguna ganja harian memiliki risiko serangan jantung 25% lebih tinggi dan risiko stroke 42% lebih tinggi dibanding non-pengguna.
Dalam studi baru, peneliti menyelidiki dampak ganja pada fungsi vaskular. Mereka merekrut 55 dewasa sehat berusia 18–50 tahun yang tidak menggunakan nikotin atau sering terpapar asap rokok. Peserta dibagi jadi tiga kelompok: perokok ganja, pengguna edibles, dan non-pengguna. Kelompok pengguna melaporkan konsumsi minimal tiga kali seminggu, baik dengan merokok atau edibles.
Fungsi vaskular diukur dengan pelebaran arteri brakialis—di lengan atas—untuk menilai respons aliran darah. Mereka memakai manset lengan untuk membatasi aliran darah sementara, lalu mengukur diameter arteri sebelum dan sesudahnya dengan USG.
Matt Springer mengatakan bahwa tes ini memberi "jendela ke masa depan." Jika pembuluh darah tidak bisa melebar sempurna, risiko serangan jantung dan masalah kardiovaskular lainnya meningkat.
Non-pengguna menunjukkan pelebaran arteri rata-rata 10,4%. Nilai ini jauh lebih rendah pada perokok (6,0%) dan pengguna edibles (4,6%). Sebagai perbandingan, pelebaran arteri brakialis normal berkisar 8,0%-15%. Sebelumnya, lab Springer juga menemukan penurunan serupa pada perokok elektronik dan rokok konvensional.
Peneliti juga menguji respons sel endotel—yang melapisi pembuluh darah dan melepaskan nitrat oksida untuk memicu pelebaran—terhadap sampel darah peserta. Darah perokok ganja kronis menghambat produksi nitrat oksida, menjelaskan mengapa pelebaran pembuluh darah mereka berkurang.
Namun, efek ini tidak terlihat pada pengguna edibles, menunjukkan THC yang ditelan mungkin memengaruhi fungsi arteri melalui mekanisme berbeda. Butuh penelitian lebih lanjut untuk memastikannya, serta replikasi studi dengan sampel lebih besar.
Menurut National Institute on Drug Abuse NIH, penggunaan ganja di AS telah mencapai rekor tertinggi. Mempelajari dampak THC kini semakin penting—terutama ketika bukti-bukti baru mengubah persep