Mengapa Pose ‘Gunbuster’ Gainax Lebih dari Sekadar Referensi Keren dalam Anime

Anime era akhir tahun 80-an memiliki pengaruh yang tak terbantahkan, meluas hingga ke luar mediumnya sendiri ke dalam film, acara TV, dan video game. Banyak penghormatan ditujukan kepada Akira (1988), yang hadir bahkan sebelum budaya Barat memahami apa itu anime sebenarnya. Adegan “Akira slide”—shot ikonik Kaneda meluncur menyamping dengan motornya dalam film adaptasi tahun 1988—telah menjadi ikon budaya anime, dirujuk berulang kali dalam berbagai film dan kartun, baik Barat maupun Jepang, termasuk film Jordan Peele’s Nope, Tron: Ares, dan Metroid Prime 4: Beyond, di tengah lautan referensi Akira lainnya.

Meski referensi Akira banyak hadir dalam media baru seperti Intergalactic karya Naughty Dog—sebagai tanda bahwa para kreator paham akan ‘rule of cool’—sulit untuk tidak merasa bahwa hal tersebut seringkali hanya meniru estetika demi mendapat pujian referensial yang mudah di internet, alih-alih menyampaikan kedalaman tema naratifnya. Walaupun sebagian besar penghormatan dalam budaya pop (kecuali Scavengers Reign) meminjam gaya permukaan Akira tanpa menggema kedalaman tematiknya, setiap homase terhadap pose menyilangkan lengan yang ikonik dari film anime 1988 Gunbuster justru bertahan sebagai gestur abadi dari tekad baja yang dibungkus dalam sikap yang sangat keren.

Gainax pose dipopulerkan dalam serial mecha OVA asli tahun 1988 karya Studio Gainax, Gunbuster, yang disutradarai oleh Hideaki Anno, sebelum Neon Genesis Evangelion. Walaupun pose ini sebenarnya berasal dari manga tahun 1975 Getter Robo G karya Go Nagai dan Ken Ishikawa, pose inilah—yang menampilkan sang protagonis Noriko Takaya menyilangkan lengan robot raksasa dalam sikap penuh wibawa—yang mempopulerkannya.

Sejak pertama kali menarik perhatian komunitas anime, pose ini terus dirujuk, mirip dengan Akira slide. Contohnya dapat dilihat dalam Gurren Lagann dan serial Studio Trigger seperti Kill la Kill dan Space Patrol Luluco, serta dalam video game seperti Gravity Rush 2.

MEMBACA  Penjualan Hari Paskah 2024: Belanja Penawaran Terbaik dari Penjual Favorit Anda

宇宙パトロールルル子の所謂ガイナ立ち。
Gaina stands of Space Patrol Luluco pic.twitter.com/KSjRVSCJ4s

— 堀 剛史 Takafumi Hori (@porigoshi) June 17, 2016

Menyilangkan lengan umumnya dipahami sebagai sikap untuk terlihat keren—serupa dengan memakai kacamata hitam dan berjalan menjauh dari ledakan tanpa menengok. Bahasa tubuh ini juga dapat diartikan sebagai penutupan diri dari dunia luar, semacam sikap ‘Sigma grindset’. Namun dalam konteks ini, interpretasi tersebut justru sangatlah jauh dari kebenaran, karena Gainax pose justru mengambil sikap yang selalu menginspirasi (dan juga mengafirmasi gender), dan saya punya bukti empiris untuk mendukungnya.

Ada keyakinan umum bahwa menyilangkan lengan adalah postur defensif (yang harus dihindari dalam wawancara kerja) atau bahwa memutuskan diri secara fisik menunjukkan ketidaktertarikan. Namun kenyataanya, hal tersebut adalah sesuatu yang benar-benar berbeda. Dalam wawancara dengan Wired pada tahun 2022, mantan agen FBI dan ahli bahasa tubuh Joe Navarro mengungkapkan bahwa postur tersebut lebih berkaitan dengan kenyamanan.

“Itu adalah pelukan diri sendiri. Bahkan ketika Anda marah, tindakan ini dilakukan untuk menenangkan diri sendiri. Kedua lengan menekan sisi visceral Anda, yang memberikan kenyamanan melalui saraf vagus,” jelas Navarro. “Jadi ada banyak mitos yang mengatakan bahwa ini adalah perilaku menutup diri atau defensif. Sama sekali bukan. Ini adalah perilaku yang menenangkan, dan harus dipahami sebagai demikian.”

Dan Noriko jelas sangat membutuhkan pelukan diri tersebut, mengingat cobaan berat yang harus dialaminya dalam Gunbuster sebagai protagonis remaja yang penuh semangat.

Singkat cerita, Noriko menderita dengan cara yang mirip seperti karakter Matthew McConaughey di Interstellar, dengan campuran tekanan ala Shinji Ikari di Evangelion, akibat kesulitannya menghadapi tiba-tiba menjadi penting dalam pekerjaannya. Cerita yang lebih panjang, dilatasi waktulah yang menyebabkan Noriko tak bisa lagi berkumpul dengan teman-teman sekolahnya yang ia sayangi. Ia memilot mecha raksasa dan mengabdikan sisa hidupnya untuk mempertahankan Bumi dari invasi alien. Sementara teman-temannya menua dalam sekejap, berubah dari sesama pelajar SMA menjadi dewasa, ia tetap terpaku pada usia yang sama, bertarung dalam perang yang mustahil dimenangkan, yang hanya bisa ia ubah jalannya.

MEMBACA  Rumor Galaxy S25 'Slim' menyarankan persaingan ponsel ramping tahun depan

Sementara kemampuan teknologi Bumi melesat—umat manusia kini mampu menciptakan bom lubang hitam hanya dalam hitungan bulan—waktu sendiri justru menjadi ciptaan yang paling kejam. Dari sudut pandang Noriko, dekade berlalu dalam hitungan detik. Sahabatnya kini telah menjadi dewasa dengan seorang putri, dan kekuatan pelengkung ruang-waktu yang menghalanginya telah merampas masa kecilnya sendiri.

Lalu, apa yang Noriko lakukan dengan semua tekanan yang begitu besar di pundaknya ini?

Ia melakukan pose Gunbuster.

Pose Gunbuster, meski jelas-jelas merupakan sikap menantang bagi siapa pun yang ada di hadapannya, juga merupakan motiif yang mengkristalkan beban seorang gadis yang tercabut dari masa mudanya dan dilemparkan ke dalam mesin perang antarbintang yang dingin. Setiap detik yang dihabiskan untuk menghindari tembakan dan ledakan berlangsung selama berjam-jam di kampung halamannya, di mana waktu terlepas dari genggamannya bagai debu bintang. Dengan setiap pandangan sekilas pada jam Bumi, ia menyaksikan hidup berakselerasi, hubungan memudar, dan masa kecil menghilang—sekadar urusan seorang gadis, dibiaskan melalui duka relativistik.

Baginya, misi ini bukanlah misi bunuh diri, meski waktu yang dibutuhkan untuk kembali ke Bumi, andai ia berhasil, bisa mencapaai berabad-abad. Namun, ia tetap berkesempatan untuk memperjuangkan nyawa orang lain, bahkan jika ia hanya bisa duduk di bawah pohon yang dulu ia bantu tanam, memberikan keteduhan bagi mereka untuk beristirahat. Bukan sebagai gaya-gayaan, melainkan sebagai sebuah deklarasi. Teriakan sang pahlawan yang membara, terpahat dari tekanan, kesedihan, dan tekad yang tak tergoyahkan bahwa dia akan berhasil, apapun yang terjadi. Bagaimanapun, “Selama kau hidup, esok hari pasti akan tiba.”

Setiap kali pose tersebut direplikasi, ia melampaui peniruan gaya dan menjadi glif dari penentangan dan tekad. Pada intinya, Gainax pose dapat disetarakan dengan seruan penyemangat “Kobarkan hatimu!” dari Demon Slayer, atau kata-kata andalan Naruto, “Percayalah!”.

MEMBACA  Khawatir Kenaikan Harga Akibat Tarif, Orang Tua Belanja Kebutuhan Sekolah Lebih Awal dari Tahun-Tahun Sebelumnya

Namun yang lebih penting, pose ini adalah salah satu artefak anime langka yang menyuarakan pengalaman perempuan, pengokohan tekad seseorang, bahkan ketika pertarungan terlihat berbahaya, dan sikap bertahan bagai batu karang menghadang amukan ombak. Pose ini menggema, mudah ditiru, dan sungguh sangat keren.

Kamu bisa menonton Gunbuster di Hidive dan Crunchyroll. Keren abis.

Ingin berita io9 lainnya? Cek jadwal rilis terbaru untuk Marvel, Star Wars, dan Star Trek, serta informasi tentang masa depan DC Universe di film dan TV, dan semua yang perlu kamu ketahui tentang masa depan Doctor Who.