Film terbaru Zach Cregger, Weapons, benar-benar tak terlupakan. Bukan cuma karena ceritanya yang intens, menjijikkan, dan memikat—tapi juga karena premisnya begitu cerdas, menggoda, dan sangat mengganggu sampai-sampai kita mau nonton film buruk sekalipun demi tahu lebih banyak. Untungnya, Cregger berhasil mengembangkan idenya yang brilian dan menghadirkan misteri yang terus mengejutkan serta seringkali mengerikan, menggabungkan drama dan horor dengan cara yang benar-benar istimewa.
Premis Weapons—seperti yang udah disebutkan—adalah: Bagaimana jika seorang guru masuk ke kelasnya di pagi hari dan mendapatinya kosong? Semua orang di sekolah itu ada, tapi murid-muridnya hilang. Yang lebih parah, setiap murid bangun di waktu yang sama di tengah malam, kabur dari rumah, dan tak pernah kembali. Apa akibatnya bagi sang guru? Bagaimana reaksi masyarakat? Apa yang dirasakan para orang tua? Dan sebenarnya apa yang terjadi?
Ditulis dan disutradarai oleh Cregger, Weapons menjawab semua pertanyaan itu dan lebih lagi lewat cerita saling terkait yang terinspirasi dari kisah epik sutradara seperti Robert Altman dan Paul Thomas Anderson. Film ini mengikuti setiap karakter satu per satu, dengan tiap bagian memberikan jawaban baru sekaligus pertanyaan, mengarah bukan hanya pada pengungkapan yang ditunggu, tapi juga kejutan serta adegan berdarah yang sama sekali tak terduga dan sangat memuaskan.
Salah satu karakter utamanya adalah Justine (Julia Garner), guru yang muridnya hilang. Dia jadi kambing hitam—pasti dia yang ngatur, pasti dia tahu sesuatu. Ketika orang-orang semakin marah dan curiga, kita tak cuma bersimpati tapi juga merasa takut dalam cara baru. Ada juga Archer (Josh Brolin), ayah salah satu murid yang hilang, yang menyalahkan Justine dan menyelidiki sendiri, menemukan beberapa fakta mengganggu. Lalu Paul (Alden Ehrenreich), polisi lokal dengan masa lalu kelam yang membawa cerita ke arah lain. Begitu seterusnya dengan karakter-karakter lain yang ditemui sepanjang film.
Di tiap bagian, Cregger memberi nuansa berbeda yang menjaga ritme film. Dia juga mengakhirinya dengan cliffhanger yang terus membayangi saat beralih ke bagian berikut. Adegan-adegan pun tumpang-tindih, ditunjukkan dari sudut pandang berbeda—tidak hanya memperkaya drama, tapi juga membuat penonton semakin terlibat dan cemas. Seringkali kita merasa sudah tahu segalanya tentang suatu peristiwa, tapi beberapa menit kemudian semuanya terbalik. Ada juga adegan dan pengungkapan yang baru bermakna belakangan, menambah ketegangan.
Jump scare dan adegan menjijikkan ada di tiap bagian, tapi makin sering di akhir film. Cregger jelas ingin kita merasakan betapa kacau situasi ini dan melihat dampaknya pada para karakter—membuat kita bertanya: Bagaimana reaksi kita? Satu-satunya kritik mungkin pada tempo yang lambat. Rahasia diungkap sangat terlambat, dan elemen horor klasik baru muncul belakangan. Tapi justru itu yang membuat adegan-adegan itu lebih mengejutkan dan memuaskan. Ketika jawaban akhirnya datang, semuanya disajikan dengan kekerasan berdarah yang benar-benar memuaskan.
Film sebelumnya Cregger, Barbarian, punya beberapa kesamaan dengan Weapons tapi terasa seperti gabungan dua atau tiga film. Weapons tidak begitu. Alurnya lebih terpadu, meski tetap ada hal-hal yang sengaja tak klop demi alasan tertentu. Film ini akan menakutimu, mengejutkanmu, membuatmu tertawa, bersorak, dan menutup mata pelan-pelan sambil mencari tahu bagaimana anak-anak itu menghilang. Dan di akhir, alasan judulnya Weapons bukan cuma masuk akal—tapi juga membuat film ini semakin mengganggu.
Dibintangi juga oleh Austin Abrams, Benedict Wong, Amy Madigan, June Diane Raphael, dan Cary Christopher, Weapons tayang mulai 8 Agustus.
Mau info lebih banyak? Cek jadwal rilis terbaru Marvel, Star Wars, dan Star Trek, atau kabar terupdate DC Universe di film dan TV, serta segala hal tentang masa depan Doctor Who.