Lebih Banyak Pemimpin TI Manfaatkan AI untuk Efisiensi Biaya, Namun dengan Cara yang Tak Terduga, Temuan Gartner

Gambar PM Images/DigitalVision melalui Getty Images

Intisari ZDNET:

  • 54% pemimpin I&O menggunakan AI untuk memotong pengeluaran, menurut Gartner.
  • 50% lainnya menyebut kendala anggaran sebagai hambatan AI terbesar mereka.
  • Berbagai industri kini lebih fokus pada penggunaan praktis AI dibandingkan hiruk-pikuknya.

    Era pencerahan dalam dunia AI akhirnya tiba.

    Setelah bertahun-tahun bergegas mengadopsi AI—untuk penggunaan yang tak selalu jelas—beberapa pelaku bisnis dan analis industri mulai melambat, menarik napas, dan mencoba lebih metodis dalam pemanfaatan teknologinya. Hal ini mencakup menilai apa yang berhasil dan apa yang secara konsisten menjadi tantangan di berbagai sektor.

    Sebuah laporan baru dari Gartner merupakan contoh sempurna. Pada hari Rabu, firma riset pasar tersebut menerbitkan hasil survei yang menemukan bahwa lebih dari setengah (54%) pemimpin infrastruktur dan operasi (I&O) menggunakan AI untuk mengurangi pengeluaran.

    Mengotomasi operasi rutin mungkin terdengar membosankan, tapi itu justru bisa menjadi kunci ROI—inilah alasannya.

    Era ‘kuno namun fungsional’ kembali

    Dilakukan di AS, Inggris, India, dan Jerman, survei ini menanyai 253 karyawan I&O yang bertanggung jawab mengawasi ekosistem TI perusahaan mereka untuk memahami bagaimana organisasi mereka menggunakan AI dan tantangan terbesar yang dihadapi dalam mengadopsi teknologi tersebut.

    Separuh responden menyebutkan kendala anggaran sebagai faktor terbesar yang menghalangi perusahaan mereka mengintegrasikan AI, sementara sedikit di bawahnya (48%) menyebut “kesulitan integrasi” sebagai hambatan utama. Temuan ini menambah bukti yang terus bertambah yang mengindikasikan bahwa sebagian besar bisnis yang menggunakan AI (hingga 95%, menurut sebuah studi terbaru dari MIT) tidak melihat pengembalian investasi yang signifikan dari teknologi ini.

    Namun, salah satu insight utama dari studi MIT adalah bahwa sekitar 5% bisnis yang telah mendapat keuntungan dari AI menggunakannya untuk mengotomasi tugas-tugas “back-office”—yang monoton dan tidak mencolok—berbanding terbalik dengan penggunaan yang sangat terlihat yang mungkin diadopsi pemimpin bisnis untuk menunjukkan kepada pelanggan dan pesaing bahwa mereka berada di depan dalam hal teknologi.

    Analisis itu juga sejalan dengan laporan yang diterbitkan oleh Forrester, firma riset pasar lainnya, awal bulan ini, yang berargumen bahwa hiruk-pikuk AI yang berlebihan mulai digantikan oleh era baru di mana teknologi ini akan digunakan untuk tujuan yang lebih “kuno namun fungsional”.

    Dalam laporan barunya, Gartner mendesak para pemimpin I&O untuk mengambil pendekatan serupa: kurangi fokus pada upaya sensasionalisasi penggunaan AI, dan mulailah dari hal kecil, sekalipun itu terasa membosankan.

    “Daripada mengejar proyek AI yang besar, mereka sebaiknya memulai dengan pilot yang bernilai tinggi,可行 (fisibel), dan peningkatan yang fleksibel,” ujar Direktur Riset Gartner, Melanie Freeze, dalam pernyataan yang menyertai hasil tersebut. “Misalnya, organisasi dapat menggunakan GenAI untuk manajemen biaya cloud guna menganalisis tagihan cloud, penggunaan sumber daya, dan efisiensi infrastruktur secara otomatis.”

    Hambatan dalam Adopsi AI

    Kesulitan adopsi ini sebagian dapat disebabkan oleh kurangnya pagar pengaman (guardrail) AI dan rasa tidak aman yang ditimbulkannya. Sebuah survei terbaru yang dilakukan perusahaan analitik data SAS dan International Data Corporation (IDC) menemukan bahwa meskipun mayoritas responden (65%) mengatakan organisasi mereka saat ini menggunakan AI, hanya 40% yang telah mengambil langkah konkret untuk menerapkan kebijakan keamanan dan pagar pengaman yang memastikan sistem AI internal mereka dapat dipercaya.

    Menurut SAS dan IDC, sisanya berkutat di antara ketidakpastian dan ketidakandalan, yang menggerogoti kemampuan mereka untuk mendapatkan hasil maksimal dari upaya AI mereka.

    Namun, studi lain dari National Cybersecurity Alliance (NCA) yang diterbitkan bulan lalu menemukan bahwa 43% pekerja telah membagikan informasi sensitif kepada AI, termasuk data keuangan dan data klien.

MEMBACA  Lagu Natal terkenal yang menginspirasi para pembela Ukraina