Kecerdasan Buatan Ini Sukses Memprediksi Musim Badai 2025. Inilah Maknanya

Selama musim badai, para meteorolog mengandalkan beragam model prakiraan cuaca yang berbeda-beda. Menjelang berakhirnya musim kali ini, para ahli mengevaluasi model-model yang kinerjanya memuaskan dan yang tidak. Hasilnya, model baru dari Google benar-benar membuat mereka takjub.

Meskipun Weather Lab dari Google DeepMind baru mulai merilis prakiraan pada bulan Juni, model tersebut secara mencolok menjadi yang terbaik dalam memprediksi jalur dan intensitas badai musim ini. Hal ini berdasarkan analisis pendahuluan oleh Brian McNoldy, seorang meteorolog dan peneliti senior di University of Miami. Sementara itu, model unggulan Amerika—Global Forecast System (GFS)—justru mencatatkan kinerja yang paling buruk.

Pusat Badai Nasional (NHC) akan merilis data resmi kinerja setiap model dalam beberapa bulan ke depan, namun penilaian awal ini mengisyaratkan titik balik dalam peramalan badai. Dengan keunggulan luar biasa dari model-model berbasis AI yang menjadi begitu nyata, mungkin sudah waktunya untuk mulai menggeser model-model tradisional yang berbasis fisika.

“Ke depannya, dapat dikatakan bahwa kita akan sangat bergantung pada Google dan model cuaca AI lainnya, yang kemungkinan besar akan terus meningkat dalam beberapa tahun mendatang mengingat mereka masih relatif baru dan memiliki ruang untuk peningkatan,” tulis Eric Berger, meteorolog dan reporter antariksa yang berbasis di Houston, untuk Ars Technica.

### Kebangkitan Prakiraan Berbasis AI Telah Dimulai

Analisis McNoldy mencakup dua bagan: satu membandingkan akurasi prakiraan jalur untuk semua 13 badai yang dinamai di Cekungan Atlantik musim ini, dan satunya lagi membandingkan akurasi prakiraan intensitasnya. Garis-garis berwarna berbeda mewakili model prakiraan yang berbeda, seperti yang ditandai dalam legenda di margin kanan. Semakin rendah posisi sebuah garis, semakin baik kinerja model tersebut.

MEMBACA  Laptop Windows 2-in-1 Ini Ubah Ekspektasi untuk Harganya

Bagan ini menunjukkan akurasi prakiraan jalur untuk 13 badai bernama di Cekungan Atlantik tahun 2025 © Brian McNoldy via Bluesky
Bagan ini menunjukkan akurasi prakiraan intensitas untuk 13 badai bernama di Cekungan Atlantik tahun 2025 © Brian McNoldy via Bluesky

GFS—yang dirujuk sebagai AVNI dalam analisis ini—ditampilkan dengan warna oranye dan berada di posisi paling atas bagan. NOAA mengembangkan model ini pada awal 1980-an, dan Layanan Cuaca Nasional (NWS) hingga hari ini masih menggunakan versi terkininya sebagai sistem prakiraan utama.

“GFS sangat buruk dalam prakiraannya untuk Badai Melissa, dengan rata-rata kesalahan jalur 5-hari membengkak hingga lebih dari 500 mil [800 kilometer], karena bersikukuh pada perkiraan belokan ke laut yang tidak pernah terwujud,” tulis Michael Lowry, meteorolog dan spesialis badai yang berbasis di Miami, dalam sebuah posting blog baru-baru ini.

Berbeda dengan model prakiraan Google, GFS berbasis pada fisika tradisional dan superkomputer canggih. Perbedaan di antara keduanya sangat mencolok dalam bagan-bagan ini. Model Google berada di posisi paling bawah, mengindikasikan kinerja yang jauh lebih unggul dibandingkan semua model lain yang dievaluasi—terutama GFS.

“Keunggulan DeepMind dan model cuaca berbasis AI serupa lainnya yang digerakkan data adalah kecepatannya yang jauh lebih tinggi dalam menghasilkan sebuah prakiraan dibandingkan dengan model berbasis fisika tradisional yang membutuhkan superkomputer paling mahal dan canggih di dunia,” tulis Lowry. “Tidak hanya itu, model-model ‘pintar’ dengan arsitektur jaringan saraf ini memiliki kemampuan untuk belajar dari kesalahan mereka dan melakukan koreksi secara langsung.”

### Kebutuhan Mendesak akan Prakiraan yang Lebih Baik

Badai Melissa—yang melanda Karibia pekan lalu—adalah salah satu contoh bagaimana naiknya suhu permukaan laut memperkuat badai. Seiring perubahan iklim yang membuat badai menjadi lebih mematikan dan merusak, sangat penting bagi para peramal untuk memiliki alat terbaik guna memprediksi jalur dan intensitasnya.

MEMBACA  Aksi Pencurian dengan Kekerasan oleh 2 Remaja di Bali Ini Menyedihkan, Tidak Berdaya saat Ditangkap

Model-model berbasis AI dapat membantu para peramal beradaptasi dengan dunia yang memanas. Debut menakjubkan DeepMind sudah pasti menarik perhatian mereka dan dapat menandai dimulainya era baru dalam prediksi badai.