Joe Rogan membanggakan premis bahwa podcastnya, The Joe Rogan Experience, adalah alun-alun digital—tempat di mana percakapan yang tidak disentuh media arus utama dapat berkembang. Etos rasa ingin tahu radikal dan dialog terbuka inilah yang membangun kerajaan Spotify bernilai sembilan angka dan mendefinisikan pengaruh kulturalnya atas jutaan orang.
Tapi dalam episode terbaru, Rogan menggunakan identitas itu untuk menantang sistem operasi gerakan politik online paling kuat di Amerika: MAGA.
Dalam percakapan mendalam dengan Senator Bernie Sanders (I-Vt) pada 24 Juni, Rogan menarik garis merah yang jelas—bukan hanya dengan Donald Trump, tapi dengan seluruh ekosistem MAGA. Dia berargumen bahwa gerakan ini telah menjadi ruang gema mirip kultus yang menghukum perbedaan pendapat, ancaman langsung terhadap prinsip-prinsip yang menjadi dasar platformnya.
Pemicunya adalah reaksi Presiden Trump terhadap pemboman Amerika di Iran pada 21 Juni. Saat beberapa suara konservatif mempertanyakan keputusan itu, Trump menuntut loyalitas absolut. Sasaran utamanya adalah Rep. Thomas Massie (R-KY), salah satu dari sedikit Republikan yang menyatakan presiden tidak punya wewenang untuk membom Iran tanpa persetujuan kongres.
Perlawanan ini membuat Trump beralih ke platformnya sendiri, Truth Social, untuk mengucilkan Massie.
“Congressman Thomas Massie dari Kentucky bukan bagian dari MAGA, meski dia suka bilang begitu,” tulis Trump pada 24 Juni. “Dia adalah kekuatan negatif yang hampir selalu memilih ‘TIDAK,’ tak peduli sebaik apapun sesuatu itu. Dia pemain sandiwara yang berpikiran sempit.”
Ancaman itu jelas dan ditujukan pada siapa pun yang berniat menyimpang: “MAGA harus membuang si pecundang menyedihkan ini, Tom Massie, seperti wabah!”
Bagi Rogan, ini adalah ujian kemurnian yang mengungkap kerusakan dalam gerakan. Kelompok politik online, didorong algoritma dan media sosial, sering berubah jadi ruang gema di mana penyimpangan dari dogma berujung pada pengusiran. Rogan, yang mereknya bergantung pada keberagaman pandangan, menempatkan sikap intoleransi ini sebagai kelemahan terbesar MAGA.
Menunjukkan ketidakpercayaan yang meningkat, dia membela Massie.
— “Ketika seseorang seperti Thomas Massie angkat bicara, dia bakal dapat banyak dukungan juga,” kata Rogan, menyatakan perbedaan pendapat sebagai kekuatan.
— “Jawabannya iya,” setuju Sanders. “Dan intinya adalah dia punya hak.”
— “Iya,” tegas Rogan.
Rogan lalu melakukan hal luar biasa: dia mencoba mengambil alih dan mendefinisikan ulang slogan MAGA itu sendiri, memberinya visi progresif yang mengejutkan. Dia berpendapat bahwa gerakan yang benar-benar ingin membuat Amerika hebat harus fokus pada penguatan seluruh komunitas, bukan hanya basisnya.
Dia mengkritik sistem politik yang memperlakukan isu seperti kemiskinan dan ketidaksetaraan sebagai “bola pantai” yang hanya dilempar dalam debat tanpa akhir tanpa solusi.
— “Kamu mau membuat Amerika hebat kembali?” tanya Rogan retoris, sebelum menjawab sendiri. “Kurangi yang kalah. Bagaimana caranya? Jangan atur sistem untuk menjatuhkan mereka.”
Dia melanjutkan, terdengar lebih seperti Sanders daripada figur yang sering digambarkan kritikusnya: “Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari tahu mengapa komunitas dan kota-kota ini tetap sama selama puluhan tahun, sejak era Jim Crow dan hukum redlining.”
Rogan menjadi pintu masuk utama bagi jutaan pria muda ke pemikiran anti-establishment dan bercorak kanan. Dengan menantang prinsip utama MAGA—loyalitas absolut pada Trump—dia menciptakan potensi perpecahan di kalangan kanan online.
Dia memaksa audiens besarnya untuk memilih antara dua model pemikiran anti-establishment: dogma kaku ala Truth Social Trump, atau etos dialog terbuka yang kacau dari alun-alun digitalnya sendiri. Ini pertarungan untuk jiwa kontrarian online, dan Joe Rogan baru saja menggunakan platformnya untuk menyatakan posisinya.