Mobil Terbang yang Dulu Hanya Mimpi, Kini Jadi Kenyataan
Dulu, mobil terbang cuma dianggap fantasi. Sekadar lelucon atau janji kartun dari era The Jetsons. Tapi Joby Aviation nggak cuma janji lagi. Mereka beneran membuatnya.
Perusahaan asal Santa Cruz, California ini baru saja mengumumkan perluasan fasilitas produksinya di Marina, CA, yang kini mampu memproduksi hingga 24 taksi udara listrik per tahun—artinya dua mobil terbang per bulan. Dengan tambahan kapasitas di Dayton, Ohio, dan uji coba penerbangan di Dubai, masa depan transportasi udara perkotaan nggak cuma konsep lagi.
Pencapaian ini berbarengan dengan penyelesaian uji terbang berawak di Dubai, menandai dimulainya program persiapan pasar komersial di UAE. Bekerja sama dengan Otoritas Jalan dan Transportasi Dubai, Joby menargetkan operasional penumpang pada 2026—jadwal yang kini jauh lebih realistis dibanding setahun lalu.
"Mengubah mobilitas perkotaan butuh kecepatan, skala, dan manufaktur presisi," ujar Eric Allison, Chief Product Officer Joby. "Ekspansi kami di California dan Ohio mempersiapkan semua itu."
Tapi, ketika pesawat-pesawat ini mulai mengudara, pertanyaan sulit muncul: Apakah dunia benar-benar siap untuk mobil terbang massal?
Dari Rancangan ke Jalur Produksi
Berbeda dengan pesaing eVTOL yang masih mengandalkan maket, Joby membangun pesawat nyata yang sudah lolos FAA—dengan kemampuan lepas landas vertikal, kecepatan 200 mph, dan operasi nyaris senyap. Setiap pesawat bisa mengangkut pilot dan empat penumpang, dirancang untuk rute singkat bernilai tinggi, seperti dari Bandara Dubai ke Palm Jumeirah dalam 12 menit (biasanya 45 menit via mobil).
Di fasilitas Marina seluas 435.000 kaki persegi, komponen pesawat diproduksi dengan 3D printing, kontrol kualitas berbasis data, dan tim yang sebagian dilatih insinyur Toyota berkat kolaborasi kedua perusahaan. Pabrik ini juga dilengkapi simulator pelatihan pilot dan lab sertifikasi FAA.
Sementara di Dayton, Ohio—pusat awal penerbangan yang kini jadi rumah produksi generasi berikutnya—Joby mempersiapkan kapasitas produksi 500 pesawat per tahun. Salah satu upaya reindustrialisasi paling ambisius oleh startup Silicon Valley, didukung hibah negara dan tenaga kerja manufaktur canggih di Midwest.
Dubai Jadi Pasar Pertama
Meski produksinya di AS, penumpang pertama justru dari Dubai, yang memberikan hak eksklusif taksi udara selama enam tahun kepada Joby. Sebagai gantinya, Joby bekerja sama dengan otoritas setempat untuk membangun jaringan taksi udara komersial, dimulai dari vertiport di Bandara Dubai.
Keterlibatan Dubai krusial. Kota ini sudah berinvestasi besar di smart mobility, mulai dari kereta tanpa awak hingga robotaxi, dan kini berharap mengintegrasikan eVTOL ke sistem transportasinya. Menurut pejabat Dubai, taksi udara akan jadi layanan premium untuk perjalanan cepat antar titik vital kota.
"Taksi udara akan jadi layanan premium bagi warga dan wisatawan yang menginginkan perjalanan lancar, cepat, dan aman," kata Mattar Al Tayer, Dirjen Otoritas Jalan dan Transportasi Dubai. "Layanan ini juga akan memperkuat integrasi dengan transportasi publik."
Siapa yang Bisa Terbang?
Kata "premium" di sini punya arti besar. Meski pesawat Joby bersih, senyap, dan cepat, harganya belum murah. Dengan kursi terbatas, penerbangan berawak, dan biaya regulasi tinggi, penumpang awal kemungkinan besar adalah CEO, turis, atau orang super kaya—bukan komuter harian.
Ini memunculkan pertanyaan tentang akses, kesetaraan, dan infrastruktur. Akankah mobil terbang jadi produk mewah bagi elite, sementara transportasi darat terbengkalai? Atau justru pasar eVTOL yang matang bisa mengurangi kemacetan dan menciptakan transportasi publik baru?
Jawabannya belum jelas. Pesawat Joby nyata, jadwalnya agresif. Tapi adopsinya tergantung banyak faktor, dari harga, standar keamanan, hingga persepsi publik dan toleransi kebisingan.
Intinya
Dengan pabrik beroperasi dan penerbangan uji dimulai, Joby mungkin jadi perusahaan pertama yang mengindustrialisasi mobil terbang—bukan sebagai mimpi sci-fi, tapi produk nyata. Dua pesawat per bulan. Enam tahun ini. Ratusan dalam waktu dekat.
Ini adalah pencapaian yang biasanya menandai awal sesuatu besar. Tapi seperti teknologi disruptif lainnya, apa yang terjadi selanjutnya nggak cuma bergantung pada teknik.
Kita sudah tahu cara bikin mobil terbang. Sekarang, tinggal memutuskan: dunia seperti apa yang kita mau untuk menerbangkannya?