Gangguan Panggilan Video Merenggut Peluang Kerja dan Pembebasan Bersyarat, Temuan Studi

Panggilan Zoom yang tersendat bukan sekadar gangguan kecil dalam hari kerja biasa. Fenomena ini berpotensi mengubah interaksi sosial kita secara permanen.

Berdasarkan studi terbaru yang diterbitkan dalam *Nature*, gangguan audiovisual dapat memberikan efek mendalam yang melampaui sekadar ketidaknyamanan. Dampaknya berpotensi memengaruhi area penting kehidupan, seperti hasil wawancara kerja, kepercayaan terhadap tenaga medis, hingga keputusan proses hukum. Bagi masyarakat dengan akses internet terbatas—seperti rumah tangga berpendapatan rendah, daerah pedesaan, atau mereka yang terputus secara digital—dampak yang dirasakan bisa jadi lebih serius.

Studi berjudul “Video-call glitches trigger uncanniness and harm consequential life outcomes” ini berfokus pada panggilan tatap muka melalui layar, bukan percakapan audio saja atau yang melibatkan berbagi layar. Peneliti menganalisis beberapa skenario, termasuk interaksi sosial kasual, presentasi penjualan, serta konsultasi kesehatan. Hasilnya menunjukkan bahwa jeda video yang sering mengurangi rasa percaya dan keinginan untuk terlibat, misalnya dalam mengikuti saran atau kembali berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan.

Alasannya, koneksi internet yang terputus atau gangguan yang mendistorsi wajah, membuat audio tidak sinkron, atau video patah-patah “merusak ilusi kontak tatap muka” yang coba dibangun dalam panggilan video. Hal ini memunculkan perasaan *uncanniness* yang mengurangi rasa keterhubungan sosial dan kepercayaan—mirip saat kita menyadari sedang berbicara dengan AI. Sensasi ini sering disebut sebagai “Lembah Mengganggu” (*Uncanny Valley*), di mana sesuatu terlihat hampir manusiawi, namun terasa ada yang salah.

“Gangguan teknis dapat berdampak mahal dalam momen-momen penting yang diadakan secara virtual. Artinya, di luar sekadar mengganggu percakapan singkat, gangguan berpotensi mengubah jalur hidup seseorang, dari kesehatan hingga status pekerjaan,” tulis peneliti. “Mengingat orang terlibat dalam banyak interaksi virtual pribadi dan profesional tiap tahunnya, kerugian kecil akibat gangguan dapat terakumulasi menjadi efek kumulatif yang signifikan.”

MEMBACA  Microsoft Copilot Kuasai Teams: Inilah Cara AI Akan Membentuk Alur Kerja Harian Anda

Analisis data pengadilan dalam studi ini juga mengungkap bahwa gangguan video berkorelasi dengan peluang lebih rendah untuk mendapatkan pembebasan bersyarat. “Meski dianggap memperluas akses, komunikasi virtual mungkin tanpa sengaja melanggengkan ketidaksetaraan,” tulis para penulis. “Kelompok rentan yang sering memiliki koneksi internet buruk akan lebih banyak mengalami gangguan, dan pada gilirannya, mendapat hasil yang lebih buruk dalam konteks penting seperti kesehatan, karier, keadilan, dan hubungan sosial.”

Studi ini mengusulkan agar lanskap politik dan teknologi yang kian mengadopsi proses *remote* mempertimbangkan dampaknya, serta kemungkinan kembali ke interaksi langsung dibandingkan hanya mengandalkan antarmuka video. Diakui pula, mungkin ada bias implisit dalam desain sistem *remote* yang menguntungkan kelompok tertentu.

Penelitian lebih lanjut juga dibutuhkan untuk mengurangi dampak *Uncanny Valley* dalam konferensi video. Salah satu intervensi yang menonjol adalah sederhana: mencairkan suasana dengan sedikit canda.

Topik:
Social Good
Digital Divide