Pada akhir Juli, gempa bumi terbesar keenam dalam sejarah mengguncang lepas pantai Semenanjung Kamchatka, Rusia. Gempa berkekuatan 8,8 SR itu memicu tsunami yang mengirim gelombang ke seluruh Pasifik, memicu peringatan luas dan beberapa perintah evakuasi.
Data yang dirilis Kamis, 14 Agustus, oleh NASA Earth Observatory menangkap peristiwa global ini dengan detil menakjubkan. Satelit Surface Water and Ocean Topography (SWOT), hasil kolaborasi NASA dan badan antariksa Prancis CNES (Centre National d’Études Spatiales), merekam ujung gelombang tsunami sekitar 70 menit setelah gempa terjadi. Dalam grafik animasi di bawah, titik merah tua menandai area di mana gelombang naik lebih dari 1,5 kaki (0,45 meter).
“Gelombang setinggi 1,5 kaki mungkin tidak terlihat besar, tetapi tsunami adalah gelombang yang merambat dari dasar laut hingga permukaan,” kata Ben Hamlington, ahli oseanografi di Jet Propulsion Laboratory NASA di California Selatan, dalam rilis NASA Earth Observatory. “Apa yang mungkin hanya setinggi satu atau dua kaki di laut lepas bisa menjadi gelombang setinggi 30 kaki di perairan dangkal dekat pantai.”
Gempa bumi memicu tsunami ketika cukup besar untuk menggeser volume air laut yang sangat besar. Bayangkan seluruh kolom air di sekitar pusat gangguan tiba-tiba terangkat. Tsunami yang dipicu gempa 8,8 SR ini sebenarnya tidak sekuat perkiraan, tetapi tetap mengirim gelombang setinggi 13 kaki (4 meter) ke kota-kota pesisir Kamchatka dekat episentrum, menurut BBC. Seorang warga merekam ombak besar itu saat sedang berjalan anjing di tebing pantai.
Lokasi lain yang terdampak, termasuk Pantai Barat AS, Hawaii, dan Jepang, mengalami gelombang jauh lebih kecil. Peringatan tsunami segera diturunkan atau dicabut di sebagian besar area.
Dengan mengumpulkan data tinggi, bentuk, dan arah gelombang tsunami, SWOT membantu ilmuwan di Pusat Penelitian Tsunami NOAA memperbaiki model prediksi mereka. “Pengamatan satelit membantu peneliti memahami penyebab tsunami, dan dalam kasus ini, juga membuktikan bahwa prediksi NOAA sangat akurat,” kata Josh Willis, ahli oseanografi di Jet Propulsion Laboratory NASA, dalam rilis tersebut.
NOAA mengeluarkan peringatan ke komunitas pesisir yang berpotensi terdampak tsunami berdasarkan hasil model prediksinya, sehingga akurasi sangat penting. Ketika Pusat Penelitian Tsunami menguji modelnya dengan data tsunami dari SWOT, hasilnya menggembirakan, kata kepala ilmuwan Vasily Titov. “Ini menunjukkan data SWOT bisa sangat meningkatkan prediksi tsunami operasional.”