Selama beberapa dekade, telah menjadi pemahaman umum bahwa setelah memasuki usia 40 tahun, seseorang harus mulai lebih memperhatikan kondisi tubuhnya. Pada usia itulah wanita disarankan mulai menjalani mammogram dan pria dianjurkan untuk lebih memerhatikan kesehatan prostat mereka. Sepanjang dekade berikutnya, kolonoskopi akan mulai masuk dalam agenda, dan setelahnya, rasanya seperti perjalanan bertahap yang dipenuhi janji temu dokter dan berbagai tes hingga tubuh akhirnya menyerah di usia tujuh puluhan atau delapan puluhan.
Namun, bagaimana jika ilmu kedokteran modern keliru dalam memandang garis waktu ini? Bagaimana jika kita justru melakukan pemeriksaan yang tidak perlu pada sebagian orang paruh baya untuk penyakit yang kecil kemungkinan mereka idap, sembari mengabaikan mereka yang berusia dua puluhan yang mungkin rentan terhadap kanker usus besar? Adakah cara agar, seiring penuaan, kita dapat tetap sehat dengan cara yang bermakna dan tidak bergantung pada konsumsi belasan pil berukuran besar setiap pagi?
Eric Topol yakin hal itu mungkin. Sang kardiolog, Wakil Presiden Scripps Research, dan penulis buku *Super Agers* ini meyakini bahwa inovasi baru dalam bidang kedokteran berbantuan AI, bioengineering, serta kesadaran akan anti-inflamasi berpotensi merevolusi cara manusia menua.
Dalam acara WIRED’s Big Interview di San Francisco pada Kamis lalu, Topol mengatakan kepada editor fitur Sandra Upson bahwa selama mengerjakan *Super Agers*, ia menemukan perbedaan antara *lifespan* (usia hidup) dan *health span* (usia sehat), dan bahwa keduanya tidak banyak berkaitan dengan genetika. Seseorang yang “wellderly” — berusia di atas 65 dan secara umum sehat — memiliki susunan genetik yang hampir sama dengan seseorang yang lansia dan menghadapi tantangan kesehatan berat, seperti penyakit jantung, kanker, atau gangguan neurodegeneratif.
Sebaliknya, Topol menyebutkan, tampaknya ada korelasi antara memiliki sistem imun yang sehat dan penuaan yang sehat. Gaya hidup juga dapat mempengaruhi tingkat kesehatan, di mana Topol menganjurkan pola makan rendah makanan ultra-proses, fokus pada kualitas tidur daripada kuantitas, serta lebih sering beraktivitas di alam. Ia juga merekomendasikan olahraga, dengan menitikberatkan pada latihan aerobik serta latihan resistensi dan keseimbangan, yang dapat membantu tubuh menjadi lebih tangguh seiring penuaan.
Foto: Annie Noelker
Foto: Annie Noelker
Jika memungkinkan, Topol menambahkan, orang sebaiknya menghindari stresor lingkungan seperti polusi udara, mikroplastik dan nanoplasik, serta bahan kimia persisten (forever chemicals), yang semuanya bersifat pro-inflamasi. Semua faktor ini, catat Topol, tidak ditangani oleh Presiden Trump dan Menteri Kesehatan Robert F. Kennedy Jr., meskipun terdapat agenda Make America Healthy Again mereka.
Bagi warga Amerika rata-rata, kata Topol, *health span* berkisar pada usia 63 hingga 65 tahun. Sementara *lifespan* sekitar 80 tahun. Artinya, sebagian besar orang Amerika akan menjalani 15 tahun terakhir hidupnya dalam kondisi kesehatan yang relatif buruk, dengan satu statistik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sebagian besar lansia hanya akan mengalami satu “hari ulang tahun yang sehat” setelah usia 65 tahun.
“*Health span* harus diperpanjang sedekat mungkin dengan *lifespan*, dan saya yakin kita bisa melakukannya,” kata Topol kepada Upson. “Ini adalah momen unik dalam dunia kedokteran. Sebagian karena kita memiliki AI multimodal, tetapi sebagian lagi karena kita memiliki lapisan data baru. Kita belum pernah memiliki ‘jam organ’, yang melacak laju penuaan setiap organ dalam tubuh, termasuk sistem imun. Kita belum pernah memiliki biomarker seperti p-tau217, yang memberi tahu kita tentang risiko Alzheimer 10, 15, bahkan 20 tahun lebih awal. Lompatan terbesar dalam biomedis akhir-akhir ini adalah kemampuan untuk mengkuantifikasi metrik penuaan.”