Aplikasi Tea Jadi yang Paling Populer Saat Ini. Alasan Banyak Wanita Menggunakannya

Coba tanya wanita lajang saat ini, hampir pasti mereka akan mengeluh betapa sulitnya dunia kencan sekarang. Dengan maraknya ghosting dan profil yang menyesatkan, sulit tau siapa sebenarnya yang kamu ajak bicara di aplikasi kencan — apalagi memastikan kejujuran mereka.

Tea adalah aplikasi yang memungkinkan wanita memberi ulasan anonim tentang pria dan membocorkan “rahasia” pria yang pernah mereka kencani. Sekitar 1 juta wanita mulai menggunakan aplikasi ini dalam seminggu terakhir. Konsepnya mirip grup Facebook “Are We Dating the Same Guy?” yang ada di berbagai kota, bedanya aplikasi ini pakai AI untuk memastikan yang buat profil adalah wanita.

Tea menjadi viral beberapa minggu ini — dengan alasan baik dan buruk.

Aplikasi ini mengalami kebocoran data — terungkap Jumat lalu — di mana data termasuk SIM dan foto selfie wanita bocor ke 4chan. Kebocoran ini diduga akibat database Tea yang tidak aman. Perusahaan mengonfirmasi ke CNET bahwa ada akses tidak sah ke sistem mereka.

Apa itu aplikasi Tea?

Tea adalah aplikasi gratis eksklusif untuk wanita di AS. Bukan aplikasi kencan, melainkan alat pendukung saat menggunakan aplikasi kencan. Ini adalah ruang untuk berbagi pengalaman buruk saat berkencan sekaligus meminta pendapat tentang pria tertentu, agar wanita lain waspada.

Didirikan tahun 2023 oleh Sean Cook, terinspirasi dari pengalaman ibunya yang menjadi korban catfishing. Tea meledak pekan lalu dengan tambahan jutaan pengguna. Menurut postingan media sosial Tea, total pengguna mencapai 4 juta. Sekarang jadi aplikasi gratis teratas di App Store.

Tea dirancang sebagai komunitas pelindung wanita, fitur yang jarang ada di aplikasi kencan biasa. Dengan ulasan jujur dan peringatan dari wanita lain, Tea memberi gambaran lebih jelas tentang siapa yang mereka kencani.

MEMBACA  Jokowi Akan Melantik Gus Ipul Menjadi Menteri Sosial Pagi Ini

Ketika membuka aplikasi, kamu akan melihat foto pria di sekitarmu yang telah diunggah. Ada label “red flag” atau “green flag” plus komentar dari wanita lain.

Bisa cari nama tertentu di kolom pencarian atau buat notifikasi untuk nama tertenu. Fiturnya tidak terbatas pada komentar “red flag”. Tea juga bisa reverse-search foto untuk mendeteksi catfish lewat AI Catfish Finder, mengecek latar belakang, riwayat kriminal, catatan publik, hingga nomor telepon.

Selain itu, bisa posting pertanyaan atau polling di Tea. Menurut situs Tea, 10% keuntungannya disumbangkan ke National Domestic Violence Hotline.

Bagaimana Tea memverifikasi gender pengguna?

Bukan sembarang orang bisa gabung — hanya wanita. Saat daftar, kamu harus memberikan lokasi, tanggal lahir, foto KTP atau selfie untuk verifikasi. Lalu menunggu persetujuan yang katanya bisa berhari-hari karena membludaknya pengguna baru.

Tea pakai AI untuk verifikasi identitas dan memastikan kamu wanita. Setelah disetujui, kamu anonim kecuali username yang dipilih. Tea menggunakan SafeSip AI sebagai moderasi konten berbahaya agar tetap aman.

Bisakah pria bergabung dengan Tea?

Tidak bisa. Tapi verifikasi via foto bukan jaminan mutlak. Dengan filter atau tool AI, tidak jelas seberapa efektif Tea mendeteksi hal ini.

Risiko keamanan Tea

Tea mengklaim sebagai ruang aman karena fitur anti-screenshot, anonimitas, dan verifikasi gender. Tapi kebocoran data membuktikan betapa rapuhnya sistem ini.

Tea mengonfirmasi pada Jumat bahwa ada akses ilegal ke sistem penyimpanan data lama. Sekitar 72.000 gambar terekspos, termasuk 13.000 foto selfie/KTP untuk verifikasi akun, serta 59.000 gambar dari post, komentar, dan DM di aplikasi.

Tea memberi tahu CNET bahwa mereka telah mempekerjakan ahli keamanan siber pihak ketiga untuk mengamankan sistem.

MEMBACA  Ditahan dan Dideportasi oleh Imigrasi, Warga Amerika Ini Akhirnya Dipulangkan

Konsep Tea memang mulia: melindungi wanita lewat berbagi pengalaman. Tapi ada kritik soal pelanggaran privasi pria. Di forum seperti Reddit, beberapa pria mengeluh postingan tentang mereka tidak akurat, dan mereka tak bisa klarifikasi karena dilarang gabung.

Di satu sisi, Tea bisa jadi ruang berbagi informasi untuk keselamatan wanita. Di sisi lain, berpotensi menyebarkan misinformasi dan data pribadi.

Tea belum menanggapi permintaan komentar soal potensi misinformasi di platform mereka atau tuduhan pelanggaran privasi terhadap pria. Kami juga menanyakan apakah platform ini hanya untuk heteroseksual.