Apa yang Sebenarnya Dipikirkan Anak-Anak tentang AI?

Jika kamu mencoba meminta AI mengerjakan semua pekerjaanmu, itu jelas merugikan, karena nanti kemampuanmu untuk menulis dan membaca akan menurun. Bisa membuat siswa semakin malas. Tapi itu kerugianmu sendiri, kalau kamu menggunakannya untuk menyontek.

Menurutku, belakangan AI sering digambarkan secara negatif, seolah-olah mengambil pekerjaan orang dan mengerjakan segalanya untuk manusia. Padahal, banyak yang lupa bahwa AI itu tergantung bagaimana kita melatihnya. Kan kita yang menciptakan teknologi ini? Ada banyak cara memanfaatkannya untuk menyelesaikan masalah, asal dipakai dengan benar. Kalau ingin berbuat baik, mestinya kita bisa memakai teknologi baru ini untuk hal-hal yang bermanfaat bagi semua orang.

Di Colorado tempat tinggalku, banyak terjadi kecelakaan kendaraan dengan hewan liar. Beberapa tahun lalu, aku mencoba membuat alat untuk mengatasi masalah itu. Aku mengajak guru komputer dan beberapa siswa lain, lalu berhasil membuat perangkat pendeteksi rusa yang bisa dipasang di mobil. AI sangat berguna di sini karena kami hanya perlu memasukkan data ke model: aku menggunakan ratusan frame video termal untuk melatih model computer vision mengenali rusa dan hewan besar lainnya. Hasilnya, perangkat kami bisa mendeteksi hewan di jalan secara real-time tanpa harus menganalisis rekaman berjam-jam. Itulah kekuatan AI. — Siddhi Singh, 17, Highlands Ranch, Colorado

AI Merusak Lingkungan—dan Mengubah Kita Jadi Robot

Aku pertama kali dengar soal AI di SMP, waktu Snapchat menambahkannya ke fitur pesan. Awalnya kukira, wah, keren, pasti bisa bikin hidup lebih mudah. Aku mulai memakainya untuk pertanyaan sederhana dalam PR.

Sekarang, aku sama sekali nggak pakai. Di sekolahku, penggunaan AI atau ChatGPT sangat tidak disukai. Kalau ketahuan, bisa dikeluarkan.

MEMBACA  Anthony Hopkins tentang Penampilan Monster Legendaris yang Menginspirasi Karyanya

Aku merasa AI mulai menyusup ke mana-mana. Kakakku pakai ChatGPT, tapi aku harap dia berhenti karena sangat merusak lingkungan. Adikku bahkan pakai AI untuk balas pesan. Itu cuma sekilas gambaran masa depan, dan agak menyeramkan karena nggak wajar.

Media sosial sudah menguasai kepribadian orang, dan AI mempercepat proses itu. Kalau kamu tanya AI cara merespons pesan, lalu mengirim jawaban otomatis, itu akan memengaruhi cara berpikirmu dalam berkomunikasi. Pada akhirnya, kalau selalu ikuti saran robot, kamu sendiri akan jadi robot. — Mahawa Kaba, 15, the Bronx, New York

Anak-Anak Akan Tetap Pakai AI, Jadi Ajari Mereka Cara Benar

Aku bersekolah di SMA berbasis AI, di mana teknologi ini terintegrasi ke pelajaran seperti ilmu data dan pemrograman. Gurunya justru mengajari kami cara memakainya dulu, baru memperbolehkan penggunaanya. Pertanyaan terpenting adalah: Kenapa aku pakai AI sekarang? Apa untuk memperbaiki pekerjaan, atau cuma karena malas?

Intinya, AI seharusnya dipakai untuk memotong tugas monoton yang nggak perlu dikerjakan manual. Dari situ, kita bisa fokus pada inovasi dan orisinalitas manusia.

Pengalaman pertamaku dengan AI terjadi di kelas geografi manusia, saat menganalisis badai salju di Atlanta tahun 2000-an. Kami mengolah data puluhan ribu angka tentang cara orang pulang ke rumah. Dengan program AI, kami memilah data itu, lalu menggunakan pemikiran kritis untuk menentukan sumber daya terbaik dan reaksi pemerintah jika kejadian serupa terulang.