Mengutip pelukis legendaris Salvador DalĂ: “Perbedaan antara ingatan palsu dan yang asli itu seperti permata: yang palsu justru terlihat lebih nyata, lebih gemerlap.” Aku tak ingat sama sekali tentang kondisi sosiopolitik musim panas 1997, tapi aku ingat betul apa yang kukonsumsi sehari-hari sampai detail terkecil. Di sela-sela main skateboard, baseball dadakan, dan berjam-jam main multiplayer Magic: the Gathering, jiwa ku terpuaskan oleh musik Third Eye Blind, dan dahaga ku terpuaskan oleh Lipton Brisk Raspberry Iced Tea. Mungkin aku minum 2 liter sehari. Terinspirasi oleh nostalgic baru-baru ini saat lagu “Jumper” diputar di stasiun radio ‘modern’ rock lokal, aku mencoba sekaleng dan langsung kaget betapa manis dan palsu rasanya. Ini membuat ku bertanya-tanya, ingatan apa lagi dari musim panas itu yang ternyata tidak sepenuhnya benar.
Third Eye Blind tetaplah mahakarya tanpa lagu yang perlu dilewati, dan ku senang melapor bahwa minuman AriZona adalah pengganti sempurna yang enak diminum kapan saja dan terasa persis seperti ingatan ku tentang Lipton. Rasa raspberry-nya halus dan menyatu sempurna dengan dasar teh hitam. Jika mesin waktu bisa mengantarku kembali ke parkiran Walgreens yang panas di mana ku sering nongkrong di masa keemasan akhir ’90-an itu, ku akan berikan kaleng ini pada diri ku yang berusia 12 tahun, sambil menyarankan untuk membeli Black Lotus yang selalu dia lihat di toko kartu sebelum harganya melambung tinggi.
Skor: 7.8