Pemangkasan Tenaga Kerja Volvo akibat Ketidakpastian Tarif Trump
Pemecatan ini terjadi beberapa hari setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif 50 persen pada barang-barang UE.
Produsen mobil asal Swedia, Volvo, akan memangkas 3.000 pekerja kerah putih sebagai bagian dari upaya restrukturisasi seiring naiknya harga akibat ketidakpastian tarif.
Perusahaan mengumumkan berita ini pada Senin. Langkah ini diambil untuk mengerek harga saham yang terjun bebas dan meningkatkan permintaan kendaraan mereka melalui restrukturisasi sebagian bisnis serta penghematan biaya.
CEO Håkan Samuelsson, yang baru saja kembali menjabat setelah memimpin perusahaan selama satu dekade hingga 2022, meluncurkan program pada April lalu untuk memotong biaya sebesar $1,9 miliar (18 miliar krona Swedia), termasuk pengurangan signifikan pada staf kerah putih Volvo yang mencakup 40 persen tenaga kerjanya.
“Ini menyasar pekerja kerah putih di hampir semua bidang, termasuk R&D [riset dan pengembangan], komunikasi, dan SDM,” ujar Samuelsson kepada kantor berita Reuters.
Pemecatan ini mencakup sekitar 15 persen staf kantor, menurut keterangan Volvo Cars, dan akan menimbulkan biaya restrukturisasi satu kali sebesar $160 juta (1,5 miliar krona).
CFO baru Volvo Cars, Fredrik Hansson, menyatakan bahwa meski semua departemen dan lokasi terdampak, mayoritas PHK akan terjadi di Gothenburg.
“Ini dirancang untuk membuat kami lebih efisien secara struktural, dan dampaknya mungkin sedikit berbeda tergantung area. Namun, tidak ada yang luput dari evaluasi,” kata Hansson.
Dengan sebagian besar produksinya berbasis di Eropa dan Tiongkok, Volvo Cars lebih rentan terhadap tarif baru AS dibandingkan pesaing Eropa lainnya. Perusahaan mengakui kemungkinan tidak bisa lagi mengekspor mobil termurahnya ke AS.
Dalam siaran pers, Volvo menyatakan akan menyelesaikan penyusunan struktur baru pada kuartal ketiga tahun ini.
Volvo mencabut proyeksi keuangannya saat mengumumkan pemotongan biaya bulan lalu, menyoroti pasar yang tidak terprediksi akibat melemahnya kepercayaan konsumen dan tarif perdagangan yang mengacaukan industri otomotif global.
Pengumuman PHK ini muncul beberapa hari setelah Presiden Trump mengancam mengenakan tarif 50 persen pada impor dari UE mulai 1 Juni. Namun, pada Senin, ia menggeser batas waktu itu menjadi 9 Juli untuk memberi ruang negosiasi antara Washington dan Brussel.
Akibatnya, CEO Volvo menyatakan langkah ini akan menyulitkan penjualan salah satu kendaraan listrik (EV) mereka—EX30 EV yang diproduksi di Belgia—di pasar AS.