Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) mengumumkan akan mulai mendistribusikan bantuan di Jalur Gaza pada Senin siang ini melalui mekanisme baru yang diragukan oleh sejumlah pihak, termasuk PBB.
Menjelang akhir pekan, yayasan ini menyatakan bakal menjangkau lebih dari 1 juta warga Palestina—hampir setengah dari total populasi sekitar 2,2 juta.
Menurut broadcaster Israel Kan, merujuk pejabat setempat, salah satu dari empat pusat distribusi GHF akan dibuka di Jalur Gaza hari ini. Dari sana, paket makanan akan dibagikan kepada masyarakat. Laporan tersebut juga menyebut rencana pembangunan lebih banyak pusat distribusi.
PBB mengkritik inisiatif ini, salah satunya karena kekhawatiran warga sipil bisa terjebak baku tembak dalam perjalanan ke lokasi distribusi. Selain itu, rute yang ditempuh mungkin terlalu sulit bagi lansia dan orang sakit.
Direktur Eksekutif GHF, Jake Wood, sebelumnya mengundurkan diri sambil menyatakan bahwa yayasan ini mengancam prinsip-prinsip kemanusiaan. "Tidak mungkin menjalankan rencana ini sambil tetap memegang teguh prinsip kemanusiaan, netralitas, ketidakberpihakan, dan kemandirian—yang tak akan kutinggalkan," ujarnya, seperti dikutip sejumlah media.
Wood, veteran militer AS yang mendirikan layanan respons kemanusiaan Team Rubicon, juga memimpin platform online untuk donasi korporat. Di LinkedIn-nya, ia sempat menyebut model GHF "tidak konvensional," tapi ia berniat "memimpin upaya ini di saat pemikiran baru dan eksekusi terpercaya sangat dibutuhkan."
Organisasi bantuan memperingatkan ancaman kelaparan di Jalur Gaza.
Pada Maret lalu, Israel memblokir semua pengiriman bantuan setelah gencatan senjata sementara dengan kelompok Islamis Palestina, Hamas, gagal. Pemerintah Israel menuduh Hamas mencuri bantuan untuk membiayai pasukan dan senjatanya—klaim yang dibantah kelompok tersebut, yang diklasifikasikan sebagai teroris oleh AS dan UE. PBB menyatakan Israel tidak memberikan bukti atas tuduhan itu.
Israel berargumen mekanisme baru distribusi bantuan akan mencegah Hamas mengambil keuntungan.