Trump Diprediksi Perluas Akses Ganja dalam Perubahan Besar Kebijakan Narkoba

Presiden Donald Trump diperkirakan akan menandatangani perintah eksekutif yang memperluas akses terhadap ganja, sebuah langkah yang telah lama dinantikan dan akan menandai perubahan paling signifikan dalam kebijakan narkoba AS dalam beberapa dekade.

Berdasarkan laporan media AS, perintah tersebut diperkirakan akan mengubah klasifikasi ganja dari Narkotika Golongan I menjadi obat Golongan III—menempatkannya dalam kategori yang sama dengan Tylenol yang mengandung kodein.

Bahkan jika dikategorikan ulang, ganja akan tetap ilegal di tingkat federal. Namun, mengklasifikasikannya sebagai narkotika Golongan III memungkinkan penelitian yang lebih luas untuk dilakukan guna mengkaji potensi manfaatnya.

Sejumlah anggota parlemen dari Partai Republik telah mengingatkan tentang langkah ini, dengan beberapa berargumen bahwa hal itu dapat menormalisasi penggunaan ganja.

Badan Penegak Narkoba AS (DEA) menyatakan bahwa narkotika Golongan III—yang juga mencakup ketamin dan steroid anabolik—hanya memiliki “potensi ketergantungan fisik dan psikologis yang sedang hingga rendah”.

Perintah eksekutif tersebut kemungkinan akan terbit paling cepat pada hari Kamis, meski waktunya dapat berubah, demikian dilaporkan CBS, mitra BBC di AS.

Klasifikasi baru ini juga dapat berimplikasi pada perpajakan bagi apotek ganja yang berizin negara bagian, karena regulasi saat ini melarang mereka dari beberapa pengurangan pajak jika menjual produk Golongan I.

Berbagai outlet berita AS melaporkan bahwa pengumuman tersebut mungkin juga mencakup program percontohan yang akan mengganti biaya kanabidiol (CBD) untuk warga lanjut usia tertentu, sebagai bagian dari penanganan kondisi seperti terapi kanker.

Dalam beberapa tahun terakhir, mayoritas negara bagian AS telah menyetujui ganja untuk penggunaan medis tertentu, dan hampir separuhnya—24 negara bagian—telah melegalkan penggunaan rekreasi. Namun sejak 1971, ganja tergolong sebagai Narkotika Golongan I, yang berarti dianggap tidak memiliki kegunaan medis yang diterima dan berpotensi tinggi untuk disalahgunakan.

MEMBACA  Ketidaktersediaan Data dalam Laporan IHK Sinyalkan Potensi Pemotongan Suku Bunga

Awal pekan ini, Trump menyatakan bahwa ia “mempertimbangkan” pengubahan klasifikasi ini karena “riset dalam jumlah besar yang tidak dapat dilakukan kecuali klasifikasinya diubah”.

Administrasi Biden pernah mengusulkan perubahan klasifikasi serupa, dan pada April 2024, DEA mengajukan perubahan aturan, namun terbentur oleh persoalan administratif dan hukum.

Trump telah lama menyuarakan keinginan untuk mengubah kebijakan narkoba AS terkait ganja.

“Saya percaya sudah waktunya mengakhiri penangkapan dan pemenjaraan tanpa ujung terhadap dewasa hanya karena memiliki sejumlah kecil mariyuana untuk penggunaan pribadi,” tulisnya di Truth Social tahun lalu selama berkampanye.

“Kita juga harus menerapkan regulasi yang cerdas, sambil menyediakan akses bagi dewasa, kepada produk-produk yang aman dan teruji,” ujarnya.

Usulan perubahan klasifikasi ini menghadapi sejumlah penolakan dari anggota parlemen Republik.

Pada hari Rabu, sekelompok yang terdiri dari 22 Senator Republik mengirim surat terbuka kepada presiden, berargumen bahwa penggunaan mariyuana berarti “kita tidak dapat mereindustrialisasi Amerika”.

Para Senator itu menunjuk pada kekhawatiran yang tersisa mengenai dampak kesehatan ganja, serta penelitian yang menunjukkan bahwa ganja dapat dikaitkan dengan “penilaian yang terganggu” dan “kurangnya konsentrasi”.

“Mengingat bahaya mariyuana yang terdokumentasi, memfasilitasi pertumbuhan industri mariyuana bertolak belakang dengan upaya menumbuhkan ekonomi dan mendorong gaya hidup sehat bagi warga Amerika.”

Dalam surat terpisah yang dikirim kepada Jaksa Agung Pam Bondi pada Agustus lalu, sembilan perwakilan Republik berargumen bahwa “tidak ada sains atau data yang memadai” untuk mendukung perubahan ini.

“Mariyuana, meski berbeda dengan heroin, tetap memiliki potensi penyalahgunaan dan tidak memiliki nilai medis yang terbukti secara ilmiah,” bunyi surat itu. “Oleh karena itu, mengubah jadwal mariyuana tidak hanya secara objektif keliru, tetapi juga akan memberi kesan kepada anak-anak kita bahwa mariyuana itu aman. Hal itu sangat jauh dari kebenaran.”

MEMBACA  Praktisi Menegaskan Bahwa Karyawan Harus Menjadi Prioritas Utama Dalam Menerima Tanggung Jawab Sosial PerusahaanTranslate to Indonesian: Praktisi Menegaskan Bahwa Karyawan Harus Menjadi Prioritas Utama Dalam Menerima Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Secara lebih luas, jajak pendapat menunjukkan bahwa mayoritas warga Amerika mendukung upaya untuk melegalkan mariyuana.

Satu jajak pendapat Gallup yang dirilis pada November menemukan bahwa 64% warga Amerika percaya bahwa ganja harus dilegalkan, meski dukungannya sedikit menurun dari tahun-tahun sebelumnya karena penurunan 13 poin di kalangan Republik.

Tinggalkan komentar