Tiga Spesies Jerapah Ditemukan, Jumlahnya Lebih Banyak dari Perkiraan Sebelumnya

Georgina Rannard

Koresponden Iklim dan Sains

Michael Brown

Jerapah di Lembah Kidepo, Uganda

Jerapah merupakan salah satu makhluk paling unik dan terkasih di dunia, yang selama ini selalu diasumsikan sebagai satu spesies tunggal.

Namun, para ilmuwan di International Union for Conservation of Nature (IUCN) kini menyatakan bahwa kita dapat menyambut tiga spesies tambahan dari mamalia tertinggi di dunia ini.

Ini bukan kali pertama peneliti mengusulkan adanya empat spesies dari raksasa yang menjelajah planet kita ini, tetapi kajian terbaru ini memberikan cap resmi atas hal tersebut.

Bagaimana para ilmuwan mengetahuinya? Dan apa implikasinya bagi masa depan satwa tersebut?

Para ilmuwan membandingkan ukuran tengkorak dan bentuk kepala berbagai jerapah dan menyimpulkan bahwa terdapat keragaman genetik yang cukup bagi empat kelompok untuk dianggap sebagai spesies yang berbeda.

Para peneliti meninjau fitur-fitur alam di seluruh Afrika seperti gurun, sungai, dan lembah yang mungkin telah memisahkan hewan-hewan ini di masa lalu, yang berarti mereka berevolusi secara terpisah satu sama lain.

Mari berkenalan dengan Jerapah Selatan, salah satu spesies yang baru diakui.

Michael Brown

Seekor Jerapah Selatan, difoto di Namibia

Jerapah ini hidup di Afrika Selatan, Angola, Botswana selatan, Namibia, Zimbabwe selatan, Zambia, dan Mozambik barat daya.

Dua sungai (Kunene dan Zambezi) serta hutan hujan di Cekungan Kongo kemungkinan besar mengisolasi hewan ini sehingga tidak tumpang tindih dengan jerapah lain.

Spesies baru kedua adalah Jerapah Retikulata.

Michael Brown

Jerapah Retikulata di Kenya

Jerapah ini menghuni sabana terbuka dan padang rumput berkayu di Kenya, Somalia, dan Etiopia.

Para ilmuwan menduga bahwa Sungai Tana, pegunungan, dan perkotaan di Etiopia memisahkan satwa ini dari jerapah lain di wilayah utara.

MEMBACA  Hakim Argentina Mundur dari Persidangan Kelalaian atas Kematian Maradona | Berita Pengadilan

Ia juga merupakan hewan yang bermigrasi, yang berarti kemungkinan pernah berpapasan dengan jerapah lain sehingga memungkinkan terjadinya persilangan.

Spesies ketiga yang secara resmi dapat kita akui adalah Jerapah Utara.

Getty Images

Jerapah Utara

Hewan ini hidup di Etiopia barat, Kenya tengah dan barat, Sudan Selatan timur, serta Uganda.

Para ilmuwan menyatakan bahwa Sungai Nil dan Danau Victoria, bersama dengan pola migrasinya, mengisolasi jerapah ini dari yang lainnya.

Spesies keempat dan terakhir adalah Jerapah Masai yang cantik, dengan kulit berpolakan daun yang khas.

Getty Images

Jerapah Masai di Kenya

Ia hidup di Kenya, Tanzania, dan Uganda, terpisah dari Jerapah Utara oleh Danau Victoria dan Sungai Nil.

Meskipun polanya terkesan bisa menjadi penanda spesies yang terpisah, para ilmuwan mengatakan bahwa corak kulit bahkan bervariasi dalam satu populasi jerapah dan seiring bertambahnya usia hewan.

International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyatakan bahwa mengidentifikasi perbedaan genetik adalah “hal yang vital” bagi upaya konservasi dan pengelolaan populasi jerapah.

“Semakin tepat pemahaman kita mengenai taksonomi jerapah, semakin baik pula kemampuan kita dalam menilai status mereka dan menerapkan strategi konservasi yang efektif,” kata rekan penulis laporan Michael Brown dari IUCN.

Sebagai satu spesies tunggal, jerapah diklasifikasikan sebagai rentan terhadap kepunahan, meskipun beberapa sub-spesiesnya mengalami peningkatan jumlah.

IUCN kini akan menilai ulang kerentanan dari keempat spesies baru beserta sub-spesiesnya dan berharap dapat melindungi satwa yang agung ini dengan lebih baik berkat informasi baru ini.