Tiga Siswa Tewas, 38 Terjebak Reruntuhan Asrama Ambruk Saat Waktu Salat

Hal-Hal Penting yang Perlu Diketahui

Tiga santri dilaporkan meninggal dunia, sementara 38 lainnya masih dinyatakan hilang, menyusul runtuhnya sebuah pondok pesantren di Indonesia pada Senin, 29 September.

Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo, sebuah kota di Pulau Jawa, mengalami keruntuhan, dengan 99 orang korban luka-luka dibawa ke rumah sakit.

Insiden ini terjadi pada saat pelaksanaan salat asar di pesantren tersebut.

Berdasarkan pemberitaan Reuters, BBC, dan Sky News, sebanyak 102 orang telah dievakuasi dari bangunan yang rubuh. Dari jumlah tersebut, 38 orang masih dinyatakan hilang dan diduga terjebak di dalam reruntuhan, sementara 99 orang lainnya dirawat di rumah sakit.

Banyak dari 38 orang yang masih terperangkap dipercaya merupakan santri berusia antara 12 hingga 17 tahun. Santriwati saat itu sedang salat di tempat terpisah dan berhasil menyelamatkan diri dari bagian lain pondok. Seorang anak laki-laki berusia 13 tahun telah dikonfirmasi sebagai salah satu dari tiga korban meninggal.

Kronologi kejadianmenurut Reuters, keruntuhan terjadi saat sedang berlangsung pekerjaan konstruksi di lokasi. Seorang juru bicara polisi kepada Sky News menyatakan bahwa pekerjaan bangunan tersebut "tidak berizin".

"Kejadian mendadak ini menyebabkan material bangunan jatuh menimpa puluhan santri dan pekerja," ujar juru bicara Badan Penanggulangan Bencana Abdul Muhari, seperti dikutip Reuters.

Seorang pejabat kepada Kompas TV, seperti dilaporkan BBC, menyatakan, "Konstruksinya tidak memenuhi standar… sehingga seluruhnya roboh." Dasar bangunan dua lantai itu disebut terlalu lemah untuk menahan pembangunan dua lantai tambahan.

Saat kejadian, Muhammad Rijalul Qoib, seorang santri, mengisahkan bahwa ratusan temannya sedang salat ketika batu-batu mulai berjatuhan. "Suaranya semakin lama semakin keras," kata anak 13 tahun tersebut, seperti dilaporkan BBC. Santri lain menambahkan bahwa terdapat banyak korban luka dan patah tulang.

MEMBACA  Delapan Pembelajaran: Bagaimana Israel Melemahkan Perlindungan Sipil Saat Membom Gaza

Sementara itu, seorang petugas rescue, Nanang Sigit, dalam konferensi pers Selasa seperti dicatat Kompas, menyatakan yakin masih ada yang selamat di bawah reruntuhan, dengan otoritas setempat kepada BBC menyebutkan bahwa tangisan dan teriakan masih bisa terdengar.

"Ada satu yang masih bisa berkomunikasi, jadi kami suplai oksigen dan juga berikan minuman serta makanan," kata Sigit. "Kami telah mengalirkan oksigen dan air kepada mereka yang masih terperangkap di bawah reruntuhan dan menjaga mereka tetap hidup sementara kami bekerja keras untuk mengeluarkan mereka," tambahnya kepada Sky News.

Pada hari Selasa, upaya penyelamatan sempat harus dihentikan sementara karena pergerakan tiba-tiba dari struktur bangunan yang telah roboh.

Seorang ibu menjerit, "Ya Tuhan… anak saya masih tertimbun, ya Tuhan tolonglah," setelah melihat nama putranya dalam daftar orang hilang, dilaporkan Sky News. Ayah lainnya terdengar memohon kepada petugas, "Tolong, Pak, tolong cari anak saya secepatnya."