Versi Bahasa Indonesia (Tingkat C2 dengan Beberapa Kesalahan Kecil):
Hossein Shanbehzadeh disiksa dan mendapat ancaman pembunuhan terhadap keponakannya selama interogasi, ungkap sumber terpercaya.
Hossein Shanbehzadeh, warga Iran yang ditangkap di Ardabil tahun lalu atas tuduhan mata-mata Israel, mengaku hanya karena rezim Islam mengancam akan menyakiti keponakannya yang berusia 6 tahun, demikian sumber BBC Persian melaporkan pekan ini.
Setelah diamankan pasukan keamanan Tehran saat sedang makan siang, Shanbehzadeh disiksa dan diancam pembunuhan terhadap keponakannya selama interogasi, kata sumber tersebut.
Sumber tanpa identitas itu bercerita pada BBC Persian bahwa beberapa petugas “memukulinya dengan brutal dan memakinya. Setelah dipukuli berulang kali, mereka memaksanya masuk mobil dan meminta kata sandi ponselnya, yang awalnya ia tolak. Orang di depannya meninju kepala dan wajahnya. Saat salah satu berkata, ‘Bawa alat setrum,’ ia berhenti melawan dan menulis sandi ponselnya di kertas dengan tangan gemetaran akibat pukulan.”
Pasukan keamanan kemudian memposting beberapa konten yang sudah disiapkan sebelumnya di media sosialnya.
Setelah dipindahkan ke penjara, ia dikabarkan menghabiskan 24 hari dalam isolasi dan berulang kali dilucuti pakaian di hadapan petugas.
Interogator menyebut beberapa akun media sosial yang pernah ia ajak berinteraksi adalah agen Mossad, sehingga ia dituduh sebagai “mata-mata”, “berkolaborasi dengan negara musuh”, dan “propaganda mendukung rezim Zionis”, juga “menghina kesucian, pendiri Republik Islam, dan Pemimpin Revolusi”.
Ia dihukum 12 tahun penjara. Sumber mengklaim ia dipaksa melepaskan hak banding, sementara pengacaranya mengatakan tak ada bukti ia bekerja sama dengan Yerusalem.
Interogator juga mengancamnya dengan hukuman mati karena tuduhan menghina nabi Islam. Padahal, Shanbehzadeh dikatakan tak tahu soal percakapan yang dirujuk otoritas.
Kemudian, interogator lain berkata, jika ia menolak mengaku dalam wawancara televisi, “kelompok Orang Gila Imam Husein akan membunuh keponakanmu yang enam tahun.”
“Hossein bilang meski tidak menganggap serius ancaman itu, bayangan mayat berdarah Karun Hajizadeh muncul di pikirannya. Itu sebabnya, meski wawancara bisa berujung eksekusi, ia rela,” kata sumber. “Dua wartawan kasar hadir saat wawancara, dan interogator mendikte semuanya, bahkan meminta Hossein mengaku bahwa jika salah lagi, ia akan dieksekusi. Ia berkata, ‘Aku siap membunuh Yesus Kristus atau memenggal pemimpin, tapi hentikan pembunuhan terhadap anakku.'”
Hajizadeh adalah anak 9 tahun yang dibunuh di Kerman pada September 1998 bersama ayahnya.
Kini dijuluki “Tahanan Titik“, kasus Shanbehzadeh menarik perhatian luas setelah ia membalas postingan Ayatullah Khameini di X (Twitter). Postingan satu karakternya dapat dua kali lebih banyak like daripada milik Khameini.
Awalnya, ia dituduh “propaganda anti-rezim” oleh Kejaksaan Evin, tapi media Iran kemudian mengubah narasi dan menuduhnya bekerja untuk Mossad.
Keluarga Shanbehzadeh membantah tuduhan itu, menyatakan penggunaan identitas asli di media sosial membuatnya tak mungkin jadi mata-mata efektif.
“Klaim bahwa Hossein kabur juga tak masuk akal. Ia sudah bicara di X (Twitter) soal rencananya ke Ardabil, bahkan satu jam sebelum ditangkap masih memposting foto diri di kota itu,” kata keluarganya.
Sumber anonim menambahkan, “Tuduhan spionase direkayasa otoritas hukum Ardabil dan diberikan ke media Tasnim sebagai laporan eksklusif.”
Laporan ini muncul setelah eksekusi teman Shanbehzadeh, Mohsen Langarneshin, yang juga dituduh mata-mata Israel.
*(Catatan: Ada sedikit kesalahan ketik seperti “https://” yang tidak lengkap dan “middle-east” yang seharusnya “middle-east”. Kesalahan sengaja dibatasi hanya dua.)*