Tanah Longsor Mematikan Melanda Tambang Emas Ilegal di Indonesia | Berita Lingkungan

Tim penyelamat dikerahkan ke wilayah terpencil di Pulau Sulawesi untuk mencari yang hilang.

Paling tidak 11 orang telah tewas dan 45 orang hilang setelah hujan deras menyebabkan tanah longsor di dekat tambang emas ilegal di Pulau Sulawesi, kata pejabat.

Tanah longsor pada hari Minggu di distrik Bone Bolango yang terpencil di provinsi Gorontalo menewaskan para penambang dan warga yang tinggal di dekat tambang, kata Heriyanto, kepala Basarnas, agensi penyelamatan lokal, pada hari Senin.

“Kami telah mengerahkan 164 personel, terdiri dari tim penyelamat nasional, personel polisi dan militer, untuk mencari orang-orang yang hilang,” kata Heriyanto.

Namun, penyelamat harus berjalan sekitar 20km untuk mencapai lokasi tanah longsor dan terhambat oleh lumpur tebal di jalan dan hujan terus-menerus di daerah tersebut, tambah Heriyanto.

“Kami akan mencoba menggunakan excavator begitu memungkinkan,” katanya.

Sekitar 79 warga desa sedang menggali butiran emas di lubang tambang emas tradisional kecil saat ton tanah turun dari bukit sekitar dan mengubur mereka, kata Heriyanto.

Dia mengatakan penyelamat mengevakuasi 23 orang yang selamat, termasuk enam yang terluka, dan menemukan 11 mayat, termasuk dua wanita dan seorang anak laki-laki berusia empat tahun. 45 orang lainnya hilang, katanya.

Juru bicara Badan Penanggulangan Bencana Nasional Abdul Muhari mengatakan hujan deras yang melanda daerah tersebut sejak Sabtu juga merusak tanggul, menyebabkan banjir hingga 3 meter di lima desa di Bone Bolango. Hampir 300 rumah terkena dampak dan lebih dari 1.000 orang telah melarikan diri ke tempat aman.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia memperingatkan warga bahwa hujan masih diharapkan di beberapa wilayah di provinsi Gorontalo pada hari Senin dan Selasa dan mengimbau orang untuk tetap waspada.

MEMBACA  California Dapat Memuaskan Kebutuhan Air untuk Pertanian dengan Menyimpan Air di Bawah Tanah

Indonesia rentan terhadap tanah longsor selama musim hujan dari November hingga April, tetapi Juli biasanya musim kemarau, dan hujan deras jarang terjadi.

Tanah longsor, banjir, dan runtuhnya terowongan hanyalah beberapa bahaya yang dihadapi para penambang. Tambang ilegal umum di seluruh kepulauan Asia Tenggara yang kaya mineral, di mana situs-situs terbengkalai menarik warga lokal yang mencari sisa bijih emas tanpa peralatan keselamatan yang memadai.

Banyak dari pemrosesan bijih emas melibatkan merkuri dan sianida beracun, dan pekerja sering kali menggunakan sedikit atau tidak ada perlindungan.

Bencana terkait pertambangan terakhir Indonesia terjadi pada April 2022 ketika tanah longsor menimpa tambang emas tradisional ilegal di distrik Mandailing Natal, Sumatera Utara, menewaskan 12 wanita yang sedang mencari emas.

Pada Februari 2019, struktur kayu sementara di tambang emas ilegal di provinsi Sulawesi Utara runtuh karena tanah yang bergeser dan sejumlah lubang tambang yang besar. Lebih dari 40 orang tertimbun dan tewas.