Tak Akan Ku Tinggalkan Rumah untuk Amerika ala Trump

BBC

Martina Navratilova membelot dari Cekoslowakia komunis 50 tahun lalu karena bercita-cita menjadi nomor satu dunia.

Lima puluh tahun silam, ia meninggalkan segalanya di negara komunis itu untuk memulai hidup baru di AS. Saat itu, ia masih pelajar SMA berusia 18 tahun dan menjadi salah satu pembelot paling terkenal di era Perang Dingin. Ia pun kemudian menjelma menjadi salah satu ikon tenis paling legendaris.

Namun, dalam wawancara dengan Amol Rajan dari BBC, Navratilova mengaku khawatir AS sekarang "tak akan menerimanya".

"Aku tidak setia pada [Presiden AS] Donald Trump," katanya, seraya menambahkan bahwa ia cemas AS telah berubah menjadi negara "totaliter".

Sejak Trump menjabat pada Januari lalu, pemerintahannya melancarkan serangkaian razia imigrasi besar-besaran yang memicu protes di berbagai daerah. Ia juga memberlakukan larangan perjalanan bagi warga dari 12 negara, serta ada laporan tentang turis yang ditahan di perbatasan.

"Kalau aku masih dalam posisi yang sama [seperti tahun 1975] dan harus pindah ke suatu tempat, itu bukan AS, karena sekarang bukan lagi demokrasi," ujarnya.

Ketika berbicara tentang politik AS, kekecewaan Navratilova terasa jelas. Ia yakin banyak orang tak menyadari situasi yang semakin memburuk. AS, menurutnya, "jelas-jelas berbalik melawan imigran".

"Maksudku, orang-orang digusur oleh Homeland Security, diusir karena tidak sepenuhnya mendukung agenda Donald Trump… karena mereka tidak mau tunduk," paparnya.

Keputusan membelot ke AS pada 1975 bukan hal mudah. Ia menggambarkan masa kecilnya yang "indah" di Revnice, Republik Ceko, dengan keluarga yang sangat ia cintai. "Aku tidak tahu kapan akan bertemu orangtuaku lagi—atau apakah aku akan bertemu mereka."

Tapi langkah itu mengubah hidupnya. Saat itu, ia mengaku membelot karena ingin jadi nomor satu dunia—sesuatu yang mustahil ia raih di tanah airnya.

MEMBACA  Netflix menggandakan taruhannya pada acara 'live' dengan kesepakatan besar untuk menyiarkan pertandingan NFL pada Hari Natal.

Dan ia benar-benar mencapainya—menjadi nomor satu di tunggal putri selama 332 minggu dan ganda putri selama 237 minggu (rekor). Kini, ia dianggap sebagai salah satu petenis terhebat sepanjang masa.

Navratilova, yang kini berkewarganegaraan ganda AS-Ceko dan tinggal di AS bersama istrinya, model Julia Lemigova, mengaku khawatir kehilangan status kewarganegaraannya di iklim politik saat ini.

"Semuanya masih belum pasti sekarang, dan itulah masalahnya. Semua orang berjalan di atas pecahan telur, tak tahu apa yang akan terjadi."

Namun, ada satu topik kontroversial di mana ia sependapat dengan Trump—partisipasi transgender di olahraga putri.

Navratilova yakin bahwa keikutsertaan transgender dalam tenis putri itu "salah". Ia tidak setuju dengan aturan WTA yang memperbolehkan transgender berpartisipasi asal mendeklarasikan diri sebagai perempuan/non-biner, memiliki kadar testosteron di bawah batas tertentu selama dua tahun, dan mempertahankannya.

Ia merasa atlet transgender memiliki keunggulan biologis—pendapat yang masih diperdebatkan.

"Tidak boleh ada pengucilan atau perundungan, tapi tubuh pria harus bertanding di kategori pria. Mereka masih bisa berlomba. Tidak ada larangan bagi transgender di olahraga, hanya saja harus di kategori yang tepat, yaitu pria. Sesederhana itu," tegasnya.

"Jika tubuh pria ikut turnamen putri, berarti ada perempuan yang tersingkir karena posisinya diambil pria."

Desember lalu, Asosiasi Tenis Inggris mengubah aturan sehingga transgender tidak lagi boleh bermain di beberapa turnamen putri. April kemarin, Mahkamah Agung Inggris juga menegaskan bahwa definisi hukum perempuan berdasarkan jenis kelamin biologis.

Ditanya apakah tenis harus mengikuti keputusan itu, jawabnya: "100%."

Ketika ditanya apakah kita harus lebih berempati pada transgender, ia menjawab: "Sangat berempati—tapi itu tidak memberi mereka hak atas ruang berbasis jenis kelamin perempuan."

MEMBACA  Flu burung membunuh 20 kucing besar di tempat perlindungan hewan Washington

‘Ya Tuhan, aku akan mati’

Navratilova terbuka tentang perjuangannya melawan kanker selama 15 tahun terakhir.

Ia pertama kali didiagnosis kanker payudara pada 2010 di usia 52 tahun. Lalu, 13 tahun kemudian, kanker itu kambuh—bersamaan dengan kanker kedua di tenggorokannya yang tidak terkait.

"Aku menemukannya seperti ini," katanya, menepuk pipinya seolah kaget. "Lalu kulihat kelenjar getah beningku sedikit membesar. Beberapa minggu kemudian, masih saja membesar."

Setelah pemindaian, dokter juga menemukan kanker kedua di payudaranya.

"Hasilnya positif kanker. Aku langsung bilang, ‘Ya Tuhan, aku akan mati’."

Meski pengobatannya "neraka", ia kini merasa "sangat baik".

"Alhamdulillah, bersih dari kanker dan tanpa efek samping—kecuali anggur merah yang masih tidak enak, jadi aku beralih ke tequila dan vodka," candanya. "Aku beruntung. Pengobatannya mengerikan, tapi hasilnya memuaskan."

Apakah kanker mengubah dirinya?

"Kanker mengajariku untuk benar-benar menghargai setiap hari, meski sebenarnya aku sudah melakukannya." "BBC: Tapi yang paling penting, jangan terlalu dipikirin hal-hal kecil. Itu bisa diperbaiki."

Amol Rajan Interviews: Martina Navratilova tayang di BBC 2 pukul 19:00 tanggal 18 Juni, dan tersedia juga di BBC iPlayer.